Survei: 26,6 Persen Pengguna Ojol Beralih ke Motor Pribadi

Ojek Online.
Sumber :
  • VIVA/Sherly

VIVA Nasional –Sebanyak 26,6 persen pengguna ojek online atau ojol akan beralih ke sepeda motor pribadi usai tarif ojol resmi dinaikkan pada 11 September 2022, imbas kenaikan harga BBM, menurut hasil survei Polling Institute.

Efek Kemenangan Prabowo di Pilpres Bisa jadi Kekuatan Sudaryono Menangi Pilgub Jateng 2024

Namun demikian, masih ada 29,1 persen responden pengguna ojol yang disurvei yang mengaku tetap menggunakan ojol meskipun tarifnya naik.

Direktur Eksekutif Polling Institute Kennedy Muslim dalam paparan surveinya, menjelaskan secara bahwa pilihan untuk tetap menggunakan ojol sebagaimana biasanya itu jadi opsi utama, disusul oleh opsi untuk menggunakan sepeda motor pribadi. 

Survei: ASR Bakal Cagub Sultra dengan ELektabilitas Tertinggi, Pemilih Lihat Kemampuan

Gojek.

Photo :
  • Kr-Asia

"Opsi untuk tetap menggunakan ojol sebagaimana biasanya itu memang tertinggi, ada 29,1 persen. Ini menunjukkan bahwa betapa tergantungnya masyarakat urban dengan transportasi ojek online," katanya. 

Survei LPI: Mayoritas Publik Apresiasi Kinerja Kepala BIN

Respons tertinggi kedua jika kenaikan tarif ojol diberlakukan, lanjut Kennedy, adalah menggunakan sepeda motor pribadi sebanyak 26,6 persen diikuti tetap menggunakan ojol dan kombinasi motor sendiri sebesar 14 persen, menggunakan motor sendiri/angkutan umum 5,3 persen, atau menggunakan angkutan

umum 5,3 persen. 

"Memang kita melihat mereka yang beralih ke angkutan umum masih sangat kecil, rata-rata di bawah enam persen," katanya. 

Lebih lanjut, Kennedy mengemukakan kenaikan tarif ojol juga mengancam mitra ojol itu sendiri. Misalnya, dengan kenaikan tarif sebesar Rp2.000 per perjalanan, sekitar 25 persen pengguna mundur dan beralih ke moda lain. 

Adapun jika kenaikan tarif mencapai sekitar Rp4.000 per perjalanan, maka kemungkinan ada sekitar 72 persen pengguna yang tidak akan menggunakan ojol lagi. 

Oleh karena itu, meski mayoritas mitra driver setuju/sangat setuju dengan kenaikan tarif, namun demikian konsekuensi logis sebagai dampak kenaikan tarif mendapat respons yang sangat bertolak belakang oleh mitra driver. 

"Mayoritas cenderung menitikberatkan pada volume order yang tidak berkurang tanpa ada kenaikan tarif, 53,1 persen. Atau bahkan cukup besar kalangan mitra yang lebih menginginkan tarif diturunkan agar order lebih banyak, 21,1 persen," katanya. 

Kennedy menuturkan kenaikan harga BBM kemungkinan akan menjadi faktor peredam pergeseran para pengguna ojol ke moda transportasi lain, terutama kendaraan pribadi, akibat kenaikan tarif ojol. 

Dengan kenaikan harga BBM pada kisaran yang kurang lebih sama, sekitar Rp2.000/liter, sehingga harga per liter BBM subsidi menjadi setara dengan harga rata-rata tarif minimum ojol. 

"Ini akan menjadi pertimbangan serius bagi pengguna, terutama kelompok-kelompok yang lebih cenderung tetap menggunakan ojol meski mengalami kenaikan tarif (secara umum kelompok ini ada sekitar 29 persen), yaitu kelompok perempuan, usia 31 tahun ke atas, pendapatan semakin tinggi, dan terutama yang semakin intens dalam penggunaan ojol," katanya. 

Aksi Demonstrasi Ojek Online.

Photo :
  • ANTARA Foto/Muhammad Adimaja

Kennedy juga mengungkapkan jika diasumsikan pola preferensi umum tersebut berlaku konstan terhadap pengguna yang cenderung beralih ke motor pribadi, maka kenaikan harga BBM paling tidak akan mengurungkan niat sekitar 7-8 persen pengguna ojol yang akan beralih menggunakan motor pribadinya. 

Survei Polling Institute bertajuk "Kenaikan Tarif Ojek Online di Mata Pengguna dan Pengemudi" itu dilakukan dalam periode 16-24 Agustus 2022 lalu. Oleh karena survei dilakukan sebelum kenaikan tarif ojol, maka survei diharapkan bisa memotret persepsi masyarakat sebelum kenaikan tarif. 

Populasi survei tersebut adalah warga yang berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah dan merupakan pengguna ojek online yang pernah bepergian minimal satu hari dalam seminggu terakhir (atau mitra driver) ojek online berbasis aplikasi. 

Dari populasi itu dipilih secara random (multistage random sampling) dengan sample basis sebanyak 1.030 responden yang tersebar secara proporsional di 31 kabupaten/kota, kemudian dilakukan oversample sebanyak 190 responden pada kelompok pengguna rutin ojek online, sehingga total sample yang dianalisis sebanyak 1.220 responden. 

Sementara margin of error dari ukuran sampel basis tersebut sebesar +/- 3,1 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen (dengan asumsi simple random sampling). 

Sedangkan sampel mitra driver dipilih secara random (multistage random sampling) sebanyak 810 responden dengan margin of error sampel sekitar +/- 3,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen (dengan asumsi simple random sampling).

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya