Dewan Pers Ungkap Terima 401 Kasus Pengaduaan soal Pemberitaan

Ilustrasi-Gedung Dewan Pers
Sumber :
  • VIVA.co.id/Istimewa

VIVA Nasional – Tidak hanya kemampuan jurnalistik, wartawan ekonomi dinilai perlu memiliki pemahaman mendalam terkait bidangnya, salah satunya perbankan, agar berita yang ditulisnya benar dan akurat.

Begini Kronologi Rezky Aditya Bergaya di Depan Media Korea Selatan

Hal ini diungkapkan oleh Wakil Ketua Dewan Pers Muhammad Agung Dharmajaya dalam pelatihan jurnalistik 'BRI Media Engagement Jurnalisme Perbankan Di Era Transformasi'.

“Informasi bisa salah, bisa bohong. Tapi, berita tidak boleh salah. Berita yang benar itu dalam prosesnya jelas, dari proses mengolah sampai menyajikan, sehingga hasilnya benar-benar akurat," kata Agung Dharmajaya, dikutip Sabtu, 8 Oktober 2022.

Polisinya Polisi Bareng Wartawan Cegat Kendaraan di Lampu Merah, Bikin Pengendara Hepi

Pelatihan yang diselenggarakan Dewan Pers dan BRI ini dibuka oleh Regional CEO BRI Medan Budhi Novianto. Kegiatan diikuti oleh wartawan dari 72 media lokal di Medan. 

Saat memaparkan materinya yang bertema 'Engagement Pemberitaan di Era Konvergensi Media', Agung menyebut banyaknya berita yang bulat-bulat dari rilis Humas, tanpa mengedit atau mengkonfirmasi lagi. 

Buka Puasa Bersama Wartawan, Irjen Sandi Bicara Pentingnya Peran Media Kawal Agenda Nasional

“Hasilnya hampir semua media, khususnya online menyajikan dalam bentuk yang sama, baik isi bahkan lead. Hanya dibolak-balik saja, dari atas ke bawah atau sebaliknya. Tak banyak perubahan,” ujarnya.

Agak berbeda dengan media cetak, lanjut Agung, yang masih longgar waktunya, sehingga bisa melakukan konfirmasi atau paling tidak menulisnya agak berbeda dari rilis yang diberikan pihak Humas.

“Itupun terkadang masih sama, kecuali melakukan investigasi khusus. Untuk berita investigasi, saat ini jarang terjadi kecuali majalah. Kini banyak sekali media online, kalau penyajian beritanya beragam alangkah baiknya,” ujarnya.

Agung menambahkan, hal yang sering dilanggar wartawan adalah tidak melakukan kegiatan jurnalistik dan tidak menggunakan credible source. “Kerja jurnalistik bukan kerja Humas, pastikan harus konfirmasi lagi,” ujarnya.

Agung menuturkan, wartawan dewasa ini kerap kali memanfaatkan media sosial sebagai sumber berita. Padahal, menelan bulat-bulat informasi dari media sosial berisiko terhadap akurasi berita yang disajikan. 

Saat ini, ungkap dia, ada 401 kasus pengaduan beragam yang diterima Dewan Pers. Dari jumlah itu, 286 kasus selesai ditangani dan 115 kasus dalam proses. “Platform pengaduan 99 persen dari media online,” ujarnya.

Senada itu, Komisi Hubungan Antar Lembaga Dewan Pers, Totok Suryanto mengatakan, tugas Dewan Pers yakni menegakkan martabat. Modal pers itu profesional dan trust atau kepercayaan. 

“Kalau mau konfirmasi, bekerjalah secara profesional dan beretika,” katanya.

Media, lanjut Totok, harus profesional dan dipegang oleh orang-orang yang profesional juga. “Kode etik itu cuma satu, hati nurani,” tegasnya.

Adapun Regional CEO BRI Medan Budhi Novianto mengatakan, insan pers sejauh ini sangat mendukung kinerja perbankan. Di tengah gempuran digital yang mengubah gaya hidup masyarakat, bank dituntut untuk melakukan terobosan.

Begitupun BRI yang meluncurkan aplikasi digital. Regional BRI Medan yang mencakup Sumatera Utara, terus mendukung kemudahan akses perbankan seperti realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR). 

Per Agustus 2022, KUR BRI mencapai Rp 8 triliun, dari target tahun 2022 sebanyak Rp13 triliun. Pinjaman KUR dari Rp25 juta sampai Rp250 juta. 

“Semua KUR itu untuk pinjaman UMKM,” kata Budhi.

Dia menambahkan, pinjaman Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) cukup baik pengembaliannya, dimana Non Performing Loan (NPL) cukup rendah di bawah 2 persen.

Baca juga: Dewan Pers: Azyumardi Ingatkan Bahaya Pers yang Membebek Kekuasaan

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya