VIVA RePlay 2022: Tragedi Kanjuruhan, Peristiwa Kelam Sepak Bola Indonesia

Kericuhan di Stadion Kanjuruhan Malang, Arema vs Persebaya
Sumber :
  • (Foto AP/Yudha Prabowo)

VIVA Nasional – Tragedi Kanjuruhan menjadi peristiwa yang tidak akan dilupakan oleh publik Malang dan pecinta sepak bola tanah air. Peristiwa Sabtu, 1 Oktober 2022 itu menjadi luka yang abadi bagi korban dan keluarga korban meninggal dunia. 

Witan Sulaeman Pecah Kepala Saat Timnas Indonesia Vs Guinea, Sang Istri Langsung Ungkap Kondisinya

Laga Arema FC kontra Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang awalnya berjalan normal dengan tensi panas layaknya pertandingan derby. Petaka hadir seusai laga yang dimenangkan Bajul Ijo dengan skor 3-2 itu.

Aremania masuk ke lapangan menghampiri pemain memberikan semangat. Tindakan ini direspon represif oleh aparat. Saat sebagian besar suporter turun kembali ke tribun. 'Dor' bunyi tembakan gas air mata meluncur ke arah tribun selatan.

Jenderal Kopassus di Balik Operasi Rebut Homeyo, Refly Harun Bungkam Irma Nasdem

Puluhan gas air mata ditembakan oleh polisi ke arah suporter. Sialnya, sebagian ditembakan ke tribun tempat dimana banyak anak-anak, wanita, remaja dan orangtua yang datang murni memberikan dukungan pada Arema FC tanpa ada pikiran membuat rusuh. 

Pemain Timnas Malaysia Faisal Halim Terancam Pensiun Dini Akibat Serangan Air Keras

Jerit tangis di malam itu menguras emosi. Sirine ambulans tidak henti berbunyi. Data termutakhir, total 135 orang dinyatakan meninggal dunia. Dan 600 lebih suporter terluka dalam insiden paling memilukan kedua dalam sejarah sepak bola dunia. 

VIVA pun sudah merangkum tragedi Kanjuruhan yang menjadi salah satu peristiwa kelam bagi sepak bola Indonesia bahkan dunia dalam VIVA RePlay 2022:

1. Perwakilan Istana Datang ke Malang

Menko PMK Muhadjir Effendi

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

Menteri Koordinator PMK Muhadjir Effendi pada 2 Oktober 2022 siang melihat langsung bekas kerusuhan dalam Tragedi Kanjuruhan. Muhadjir melihat sisa-sisa kerusahan pasca laga Derby Jatim antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya pada Sabtu, 1 Oktober 2022.

"Saya ingin melihat kondisi ingin merekonstruksi seperti apa sih kejadiannya. Tadi berdasarkan laporan dari Polda akan dilakukan investigasi secepatnya. Temuannya gak karu-karuan ada chaos ada keributan," kata Muhadjir pada Minggu, 2 Oktober 2022.

Muhadjir mengungkapkan pemerintah sangat menyesalkan peristiwa ini. Sebab disaat pemerintah memberi kelonggaran even pertandingan seperti sepak bola seiring berakhirnya COVID-19 menuju endemi. Tetapi justru diwarnai kejadian sangat memilukan ini.

Muhadjir mengatakan, bahwa perintah Presiden RI Joko Widodo atas tragedi Kanjuruhan cukup jelas. Polisi harus melakukan investigasi cepat dan harus ada pihak yang bertanggungjawab. Apalagi kasus ini merengut nyawa 130 (data belum termutakhirkan) Aremania dan ratusan lainya terluka.

"Presiden (Joko Widodo) meminta segera investigasi secepat mungkin dan harus ada yang bertanggungjawab. Kemudian dipastikan yang menjadi korban meninggal dunia atau cedera mendapat pelayanan medis dan lain sebaik-baiknya," ujar Muhadjir.

2. Kapolri Perintahkan Usut Tuntas

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo konferensi pers di Stadion Kanjuruhan.

Photo :
  • VIVA/Lucky Aditya (Malang)

Kapolri Jendral Listyo Sigit Prabowo pun turun langsung ke Malang mengawal proses investigasi dan pengusutan tragedi Kanjuruhan. Dia berjanji bakal mengusut tuntas dengan melakukan investigasi atas kasus kelam dunia sepak bola tanah air.

"Terkait hal itu sesuai arahan Presiden (Joko Widodo) kepada mereka yang meninggal. Kami bersama tim akan melaksanakan pengusutan terkait dengan proses penyelenggaraan dan pengamanan.  Sekaligus investigasi peristiwa yang terjadi hingga menyebabkan banyaknya korban meninggal dunia," kata Listyo di Stadion Kanjuruhan, Malang pada Minggu, 2 Oktober 2022.

3. Kesaksian Manajemen Gotong Mayat Aremania

Kericuhan di Stadion Kanjuruhan Malang, Arema vs Persebaya

Photo :
  • (Foto AP/Yudha Prabowo)

Manajer Arema FC Ali Rifki sangat terpukul atas peristiwa tragedi Kanjuruhan. Dia bahkan ikut langsung melakukan evakuasi pada Aremania. Dia juga menggotong mayat Aremania yang meninggal dunia akibat tragedi Kanjuruhan.

Pantauan di lapangan situasi saat itu memang mencekam. Ratusan Aremania yang pingsan tidak segera tertolong karena minimnya tim medis diawal-awal kejadian. Bahkan, jenazah banyak ditemukan tergeletak di sekitaran lobby Stadion Kanjuruhan, pintu masuk VIP, Musala, ruang medis hingga di area lapangan.

"Sesuatu hal yang tidak kita inginkan bersama. Saya kemarin ikut mengangkat jenazah, ini pukulan kita semua," kata Ali, Minggu, 2 Oktober 2022.

Ali menuturkan, bahwa manajemen tidak memikirkan sanksi yang akan dijatuhkan oleh PSSI pada Arema. Manajemen pasrah apapun sanksi yang akan diberikan pada Singo Edan.

Manajemen kini lebih fokus pada penanganan kasus ini. Manajemen turut berempati pada keluarga korban Tragedi Kanjuruhan. Mereka pun akan melakukan tabur bunga pada setiap makam Aremania yang menjadi korban tragedi memilukan ini.

"Saya manajemen tidak peduli dan memikirkan sanksi. Yang saya pikirkan keluarga korban. Dan makam korban yang akan kita taburi bunga satu persatu," ujar Ali.

4. Janji Jokowi Kepada Aremania

Menpora Amali dampingi Presiden Joko Widodo yang datang ke Malang untuk memberikan santunan korban Tragedi Kanjuruhan.

Photo :

Presiden RI Joko Widodo datang ke Malang untuk melihat kondisi para pasien di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Kota Malang pada Rabu, 5 Oktober 2022. Dia berjanji mengusut tuntas tragedi Kanjuruhan yang telah merengut 131 (jumlah korban belum termutakhirkan) nyawa Aremania dan ratusan Aremania lainnya terluka.

Jokowi meminta tim pencari fakta independen yang diketuai oleh Menko Polhukam Mahfud MD agar melakukan investigasi secara dalam dan menyeluruh. Dia tidak ingin ada yang ditutupi dalam pengusutan tragedi ini semua harus diproses secara gamblang demi keadilan.

"Kenapa dibentuk tim pencari fakta independen. Karena kita ingin usut tuntas tidak ada yang ditutup-tutupi yang salah diberikan sanksi kalau pidana sama dipidanakan," kata Jokowi.

5. Kapolri Tetapkan Tersangka

Para tersangka Tragedi Kanjuruhan

Photo :

Kepala Polisi RI Jenderal Listyo Sigit Prabowo menetapkan 6 tersangka dalam tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada Sabtu, 1 Oktober 2022. Ke enam tersangka ini diumumkan oleh Listyo Sigit di Polresta Malang Kota, pada Kamis, 6 Oktober 2022.

Tiga tersangka merupakan warga sipil dijerat dengan Pasal 359 dan/atau Pasal 360 dan/atau Pasal 103 ayat (1) juncto Pasal 52 Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2022 tentang Keolahragaan. Mereka adalah Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru (LIB) Akhmad Hadian Lukita, Ketua Panitia Pelaksana Arema FC Abdul Haris, Security Officer Arema FC Suko Sutrisno. 

Untuk 3 anggota polisi dijerat dengan pasal 359 dan atau pasal 360 KUHP tentang kelalaian. Mereka adalah, Kepala Bagian Operasional Polres Malang Komisaris Polisi Wahyu Setyo Pranoto, Deputi III Danyon Brimob Polda Jatim Ajun Komisaris Polisi Hasdarman, dan Kasat Samapta Polres Malang Ajun Komisaris Polisi Bambang Sidik Achmadi.

Selain itu, dalam kesempatan yang sama. Listyo Sigit Prabowo mengatakan, bahwa dalam tragedi Kanjuruhan pada hanya ada 11 tembakan gas air mata yang dilakukan oleh anggota Polri. Mayoritas ditembakan ke tribun selatan Stadion Kanjuruhan Malang.

"Dengan semakin bertambahnya penonton yang turun ke lapangan. Beberapa personel menembakkan gas air mata. Terdapat 11 personel yang menembakkan gas air mata. Ke tribun selatan kurang lebih 7 tembakan, tribun utara 1 tembakan dan ke lapangan 3 tembakan," kata Listyo, Kamis, 6 Oktober 2022.

6. Reaksi Suporter Lain

Suporter Persis Solo gelar aksi solidaritas untuk tragedi Kanjuruhan

Photo :
  • VIVA/Fajar Sodiq

Belasan ribu suporter se-Indonesia hadir pada momen pembacaan tahlil dan doa hari ke 7 di Stadion Kanjuruhan, Malang. Mereka memberikan penghormatan terakhir untuk 132 Aremania dan Aremanita yang meninggal dunia akibat tragedi Kanjuruhan, pada Sabtu, 1 Oktober 2022 lalu. Mereka tampak khitmat melantunkan bacaan kalimat-kalimat tahlil. 

Momen ini sekaligus menjadi awal bersatunnya seluruh suporter di Indonesia. Mereka terus menggaungkan tagar usut tuntas, spanduk kritikan dan sejumlah kecaman juga menghiasi malam 7 hari ini.

"Kita akan tetap mengawal kasus ini. Jika ada fakta yang disembunyikan, jika ada fakta yang terselubung. Sampai titik darah penghabisan akan terus kita kejar," kata salah satu sesepuh Aremania, Anto Baret dalam orasinya.

7. Pintu 13 Layaknya Kuburan Massal

Gate 13 Stadion Kanjuruhan jadi lokasi yang disorot pada Tragedi Kanjuruhan

Photo :
  • VIVA/Lucky Aditya

Aremania dari komunitas District Dau, Eko memberikan kesaksian atas Tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada pekan lalu, Sabtu, 1 Oktober 2022. Dia memegang tiket ekonomi pada laga Arema FC kontra Persebaya Surabaya.

Saat itu dia tidak masuk ke dalam tribun karena stadion sudah penuh. Dia memutuskan melihat Arema dari luar stadion. Saat itu panpel menyediakan dua layar lebar dan beberapa warung menyalakan televisi siaran laga Derby Jawa Timur ini.

Peluit panjang dibunyikan. Sekira 10 menit kemudian terdengar suara kekacauan di dalam tribun. Tembakan gas air mata terdengar jelas di telinganya. Dia kemudian lari menuju tribun Kanjuruhan bagian selatan.

"Pertama saya lari ke gate 14 pintu di situ terbuka. Saya pikir aman gate 14 saya cari gate lainnya," kata Eko. 

Sambil meneteskan air matanya. Dia mengingat saat kakinya menginjak depan gate 13. Suara tangisan, dan jeritan minta tolong terdengar cukup kencang. Ironisnya pintu 13 terkunci rapat. Sebagian Aremania terus menendang ventilasi yang terbuat dari semen sampai jebol demi mengevakuasi Aremania yang terjebak di gate 13.

"Di gate 13 itu semacam kuburan adik-adik saya. Di sana menumpuk anak kecil kebanyakan wanita, seperti kuburan masal. Banyak perempuan anak kecil sudah bertumpukan disana," ujar Eko. 

"Sampai anak-anak menghancurkan dinding berjuang memakai apapun untuk bisa menghancurkan itu dan bisa mengevakuasi teman-temannya. Asap (gas air mata) itu benar-benar pedih banyak Aremania. Saya lari meminta pertolongan," tambahnya.

8. Mayoritas Korban Alami Mata Merah Akibat Pendarahan

Salah satu korban mata merah Tragedi Kanjuruhan

Photo :
  • VIVA/Lucky Aditya

Sejumlah korban tragedi Kanjuruhan pada Sabtu, 1 Oktober 2022 mengalami luka pendarahan pada bagian mata. Pendarahan itu diakibatkan oleh gas air mata dan benturan.

Salah satu korban yang mengalami pendarahan pada bagian mata adalah Kevia Naswa Ainurrohma (18 tahun) warga New Puri Kartika Asri, Kota Malang. Mahasiswa Universitas Widyagama mengalami mata merah pada bagian kanan dan kiri sejak tragedi itu berlangsung sampai saat ini.

"Saya periksakan ke poli mata. Kata dokter ada pendarahan akibat gas air mata dan benturan," kata Kevia, Selasa, 11 Oktober 2022.

Kevia menuturkan, bahwa saat itu dia nonton Arema FC di tribun 14. Saat itu dia tidak segera keluar stadion karena pintu 14 masih penuh. Tetapi kerusuhan terjadi di Kanjuruhan. Tembakan gas air mata terus dilakukan ke arah tribun 12 dan 13. Angin gas air mata mengarah pada tribun 14.

"Gas air mata ditembakan ke tribun 12 dan 13 otomatis anginnya ke tribun 14. Sangat dekat karena saya ada di tribun 14 yang dekat dengan tribun 13," ujar Kevia.

Setelah kondisi tidak terkendali dia akhirnya memutuskan untuk keluar dari stadion. Suporter yang panik berdesak-desakan. Dia bahkan terjatuh dari tangga pintu 13 ke bawah. Kevia akhirnya bisa dikeluarkan oleh Aremania lainnya dengan cara ditarik untuk menghindari terinjak-injak hingga kakinya robek terkena besi pagar stadion.

"Perih di mata dan sesak. Kondisi menuju pintu keluar itu crowded saya sampai terjatuh dan akhirnya terpisah dengan teman saya. Tapi saya beruntung dibantu Aremania lainnya, ditarik keluar supaya saya tidak terjepit dan terinjak-injak," tutur Kevia.

9. Gelombang Protes Aremania

Aksi damai Aremania menuntut keadilan untuk korban tragedi Kanjuruhan.

Photo :
  • VIVA.co.id/ Lucky Aditya (Malang)

Ratusan Aremania turun ke jalan menuntut keadilan untuk seluruh korban Tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada Sabtu, 1 Oktober 2022. Aksi damai Aremania ini digelar sekira pukul 09.00 WIB hingga 11.30 WIB, Kamis, 20 Oktober 2022.

Dalam aksi damai ini ratusan Aremania berkumpul di halaman luar Stadion Gajayana, Kota Malang. Mereka lalu melakukan longmarch menuju Balai Kota Malang.

Aremania membawa sejumlah poster kecaman atas Tragedi Kanjuruhan yang telah membuat 133 jiwa Aremania dan Aremanita meninggal dunia. Serta membuat 600 lebih suporter mengalami luka-luka.

Beberapa poster kecaman bertuliskan antara lain, "Usut Tuntas Tragedi Kanjuruhan", "Revolusi PSSI", "Kami Ditunggangi Rasa Kemanusiaan", "Anak Ku Hanya Lihat Sepak Bola, Ayah Ibu Kangen Nak", "Jika Sepak Bola Jadi Pemersatu Bangsa, Kenapa Harus Ada Korban Jiwa".

Selain itu, demonstran juga membawa keranda mayat sebagai aksi teatrikal duka cita yang mendalam untuk semua korban dan keluarga korban. Keranda mayat berwarna hitam itu di taruh di depan Balai Kota Malang.

10. Autopsi Korban Tragedi Kanjuruhan

Proses autopsi dua korban tragedi Kanjuruhan

Photo :
  • VIVA/Lucky Aditya

Proses autopsi untuk dua korban Tragedi Kanjuruhan dilakukan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Dusun Pathuk, Desa Sukolilo, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, pada, Sabtu 5 November 2022 dilakukan. Proses autopsi dijaga oleh ratusan polisi.

Dua jenazah yang diautopsi merupakan sepasang kakak adik yakni mendiang Natasya Debi Ramadani (16 tahun) dan Naila Debi Anggraini (13 tahun). Mereka berdua putri dari Devi Athok Yulfitri (48 tahun) warga Kecamatan Bululawang, Malang.

Devi Athok yang melihat proses autopsi tidak kuasa menahan kesedihan. Dia terus menangis usai memasuki tenda ruang autopsi. Sejumlah Aremania yang turut hadir mencoba untuk menenangkan Devi Athok. Aremania meminta Devi Athok untuk tetap tegar.

Tim dokter forensik dipimpin Ketua Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia (PDFI) Cabang Jatim, Nabil Bahasuan. Dalam pelaksanaan autopsi ekshumasi ini, PDFI Jawa Timur membentuk Tim Independen. Terdiri dari 2 penasihat dan 6 operator. 

11. Kecewa Hasil Autopsi

Aremania mengawal proses autopsi korban tragedi Kanjuruhan

Photo :
  • VIVA/Lucky Aditya

Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan, Devi Athok Yulfitri menuding hasil autopsi tim forensik yang dipimpin oleh Ketua PDFI Jatim Nabil Bahasuan telah direkayasa. Sebelumnya dua jenazah mendiang putrinya Natasya Debi Ramadani (16 tahun) dan Naila Debi Anggraini (13 tahun) telah diautopsi dan hasilnya sudah keluar.

Kedua mendiang merupakan korban Tragedi Kanjuruhan pada Sabtu, 1 Oktober 2022 lalu. Saat proses autopsi dilakukan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Dusun Pathuk, Desa Sukolilo, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, pada, Sabtu 5 November 2022 lalu keluarga dilarang mendampingi atau berada di area autopsi.

"Pertama Nabil telah bohong ke kuasa hukum saya. Dia bilang keluarga tidak diperbolehkan menerima hasil autopsi karena Pro Justicia yang berwenang mengumumkan penyidik polisi atau dipersidangan. Tetapi dia justru tiba-tiba ngomong di media," kata Devi Athok, Rabu, 30 November 2022.

Devi Athok menilai pernyataan Nabil tidak masuk akal. Mengingat kondisi jenazah anaknya saat pertama kali ditemukan di rumah sakit usai Tragedi Kanjuruhan mengarah kepada keracunan zat kimia. Seperti bau aroma amoniak dan mulut berbusa berwarna hijau dan kuning.

"Mungkin ini hasil rekayasa oknum kepolisian titipan kan gak tahu. Ini sudah gak bener ini. Kalau sesuai dengan foto anak saya ini. Anak saya gak ada bekas injak injakan. Waktu itu kan stadion juga hujan, kalau hujan kan ada bekasnya pukulan atau injakan, ini gak ada sama sekali," ujar Devi Athok.

"Dan waktu autopsi saya lihat kepala sebelah kiri anak saya pecah tak beraturan mungkin tembakan kena anak saya. Ini dokter Nabil sudah gak bener itu," tambahnya.

12. Aksi Blokade Jalan Simbol Macetnya Hukum

Aremania blokade jalan

Photo :
  • Viva/Lucky Aditya

Aremania melakukan aksi demonstrasi secara serentak disejumlah titik di Malang Raya. Mulai dari Kabupaten Malang, Kota Malang dan Kota Batu Aremania turun ke jalan menyuarakan tuntutan terkait pengusutan Tragedi Kanjuruhan.

Aksi demonstrasi secara kolosal ini dilakukan sejak pukul 08.00 WIB hingga Minggu, 20 November 2022 petang. Aksi demonstrasi ini sebagai bentuk luapan kekecewaan Aremania. Mereka memandang proses penanganan Tragedi Kanjuruhan stagnan.

13. Setiap Pekan Ada Demo Aremania

Demonstrasi Aremania di Minggu Hitam membuat jalanan di Kota Malang macet

Photo :
  • VIVA/Lucky Aditya

Aremania melakukan demonstrasi besar-besaran di sejumlah titik di Malang Raya. Salah satu titik aksi demonstrasi yang membuat kondisi jalan raya macet ada di depan pintu tol Singosari atau akses tol Malang-Pandaan pada Minggu, 27 November 2022.

Sejumlah spanduk kecaman atas tindakan represif aparat dengan gas air mata di bentangkan oleh Aremania. Massa suporter dengan atribut hitam-hitam ini juga tampak duduk melingkar di atas underpass atau jembatan menuju Exit Tol Singosari.

Aremania dalam aksi kali ini memilih sejumlah titik atau simpul-simpul keramaian di dekat wilayah masing-masing. Mereka sengaja ingin membuat jalan di Malang macet sebagai gambaran macetnya penanganan kasus Tragedi Kanjuruhan yang membuat 135 jiwa meninggal dunia.

"Alasan macet ini, ya karena hukumnya kan macet. Apalagi sudah dua bulan ini proses hukum berhenti begitu saja tak ada kejelasan sama sekali," kata salah satu Aremania Indra Bogel.

Sejumlah titik demonstrasi tersebar di Malang Raya. Mulai Kepanjen, Kabupaten Malang, Jalan Gadang, Jalan Laksamana Martadinata, Jalan Panglima Sudirman hingga Jalan Bengawan Solo dan di depan pintu tol Singosari, Malang.

Tuntutan Aremania adalah penambahan pelaku atas dugaan pidana pembunuhan dan pembunuhan berencana sesuai pasal 338 dan 340 KUHP. Jika tuntutan itu tidak dipenuhi Aremania mengancam akan terus melakukan aksi demonstrasi setiap Minggu agar menimbulkan kemacetan.

"Tuntutan kita tetap, pelaku harus ditambah, terus dari apa yang direkomendasikan TGIPF harus dijalankan, terus rekonstruksi ulang dan penambahan pasal. Semua itu belum jelas," ujar Indra. 

14. Aremania Anggap Tragedi Kanjuruhan Belum Diusut Tuntas

Demonstrasi Aremania terkait tragedi Kanjuruhan

Photo :
  • VIVA/Lucky Aditya

Aremania menyatakan kecewa berat dengan penetapan berkas Tragedi Kanjuruhan yang telah dinyatakan lengkap atau P21 oleh Kejaksaan Tinggi Jawa Timur (Kejati Jatim). Ada dua catatan penting yang membuat Aremania kecewa.

Pertama tidak adanya tambahan pasal atas dugaan pelanggaran pidana pembunuhan dan rencana pembunuhan. Dalam berkas itu, hanya berisi tuntutan pasal 359 KUHP dan 360 KUHP tentang kelalaian. Kedua tidak ada permintaan untuk rekonstruksi ulang Tragedi Kanjuruhan di stadion Kanjuruhan, Malang. 

"Kita juga tanya (ke Kejati Jatim) ada penambahan pasal atau perombakan pasal, kemudian soal rekonstruksi ulang, ternyata tidak ada, semua tetap," kata salah satu tim Hukum dari Tim Gabungan Aremania (TGA) Anjar Nawan Yusky, Kamis, 22 Desember 2022.

Setelah berkas dinyatakan lengkap. Aremania berjanji akan melakukan pengawalan atas jalannya sidang yang akan dilakukan di Pengadilan Negeri Surabaya sesuai putusan Mahkamah Agung. Mereka berharap semua saksi yang didatangkan bisa bercerita jujur atas malam kelam Tragedi Kanjuruhan.

"Sekarang ya kita lakukan pengawalan proses persidangan, karena nanti disana pemeriksaan saksi mulai dari petugas lapangan sampai eksekutor gas air mata kan didatangkan, kita pastikan kesaksian mereka," ujar Anjar.

Anjar mengatakan, Aremania sangat kecewa karena dalam rekonstruksi tidak ada tembakan gas air mata ke arah tribun. Untuk itu dalam proses persidangan nanti, diharapkan terungkap eksekutor gas air mata. Dimana sampai saat ini para eksekutor tidak masuk dalam daftar tersangka.

"Disana (proses persidangan) akan terungkap. Sebenarnya gimana, yang memerintahkan siapa, kalau di luar perintah akan jadi masalah baru juga. Apalagi menurut saya, seharusnya penembak gas air mata itu juga harus jadi tersangka dan di proses hukum," tutur Anjar.

Selain itu, Aremania mengingatkan bahwa saksi yang dihadirkan harus jujur menceritakan semua kejadian sesuai fakta. Aremania berharap saksi yang dihadirkan bukan saksi yang telah disiapkan untuk kepentingan tertentu.

"Kalau ada keterangan palsu di bawah sumpah, kan ada ancaman tujuh tahun. Itu bisa jadi perkara baru lagi. Jangan sampai saksi itu dipilah sesuai kepentingan mereka. Dari persidangan itu kita akan tahu semuanya nanti," kata Anjar.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya