Peringati HUT RI ke-78, PKB: Indonesia Lahir dari Darah Santri dan Kiai

Ketua Fraksi PKB DPR RI Cucun Ahmad Syamsurijal (tengah)
Sumber :
  • Dok. Istimewa

Jakarta – Proses upacara Hari Ulang Tahun (HUT) ke-78 Kemerdekaan RI juga turut dilaksanakan di Pondok Pesantren (Ponpes) Sa'adatuddaroin. Dalam kesempatan tersebut, Wakapolresta Bandung AKBP Imron Ermawan ditunjuk menjadi Inspektur Upacara.

Film ‘Guru Tugas’ Tuai Kecaman di Madura, Polda Jatim Tangkap 3 Orang Konten Kreator

Hadir Ketua Fraksi PKB DPR RI Cucun Ahmad Syamsurijal, selaku pendiri Ponpes Sa'adatuddaroin dan para tamu lainnya dari jajaran Forkopimcam Solokanjeruk maupun para kiyai, ulama maupun para kader Nahdatul Ulama (NU) serta para santi lainnya. Cucun mengatakan, para santri semangat dan siap untuk berjuang mengisi Kemerdekaan RI dengan berbagai peningkatan pembangunan.

"Di Ponpes Sa'adatuddaroin digelar upacara dengan kekhasan dan keunikan pesantren dalam penyelenggaraan pendidikan keagamaan," kata Cucun Ahmad Syamsurijal, yang akrab dipanggil Kang Cucun dalam keterangannya yang diterima, Jumat 18 Agustus 2023.

Kick Off PPDB Jabar 2024, Bey Machmudin: Tak Ada "Titip Titipan"

Cucun juga mengatakan, pelaksanaan upacara ini poin pentingnya adalah menanamkan rasa kebangsaan. Menurutnya, Santri itu jangan dipersepsikan bahwa, pesantren ini pendidikan yang tidak nasionalis. 

"Justru dengan melaksanakan Hari Kemerdekaan sekaligus pelaksanaan Upacara HUT ke-78 Kemerdekaan pada 17 Agustus 2023 (17 Agustus 1945) ini untuk menyampaikan kepada khalayak publik bahwa Republik Indonesia ini dilahirkan oleh darah dan keringatnya para santri dan kiyai, sebelum terjadi merdeka," tutur Kang Cucun.

Kisah Arifin Sidhik Mengembngkan Program Kemitraan di Pesantren

Hal itu membuktikan bagaimana perjuangan para santri melawan penjajah. Cucun mengatakan, kalau misalkan sekarang terjadi pembiasan, pembelokan dalam pemahaman, Pondok Pesantren Sa'adatuddaroin justru mengirimkan pesan kepada seluruh pesantren bahwa nilai-nilai kebangsaan ini harus ditanamkan dengan cara seperti pelaksanaan Upacara HUT ke-78 Kemerdekaan RI. 

"Mereka cinta Tanah Air, kemudian juga mereka ikut andil bahwa kemerdekan patut disyukuri dengan berbagai hal. Baik disyukuri secara lisan, secara hati, secara perbuatan, mereka disiapkan sebagai anak-anak bangsa yang lagi mengenyam pendidikan keagamaan. Jangan sampai menerima pendidikan keagamaan yang punya pemikiran tertutup dan tidak luas wawasannya. Kita buka mereka supaya bisa memahami tentang konsep-konsep kenegaraan," tuturnya.

Ilustrasi santri

Photo :
  • ANTARA FOTO/Zabur Karuru

Cucun juga melihat para santri menampilkan keunikan dalam pelaksanaan upacara tersebut, dan ternyata mereka mampu bisa menjadi pasukan aubade mengibarkan bendera merah putih, kemudian membacakan Undang-Undang Dasar 1945, membacakan Pancasila.

"Dan bagaimana lahirnya kemerdekaan ini menjadi satu kebanggaan juga bahwa bisa merdeka melaksanakan ngaji dengan merdeka. Mereka juga bisa merasakan kehadiran negara," ucapnya.

Eksistensi pesantren, kata Cucun, dulu tidak ada yang melirik sebelum lahirnya Undang-Undang Nomor 18 tahun 2019 tentang Pesantren, sebagai  eksistensi santri di pesantren.

"Sekarang ini ada kesetaraan, ada rekognisi, bahwa santri tidak dipandang sebelah mata sekarang eksistensinya," katanya. 

Dia mengungkapkan banyak tokoh lahir dari pesantren, termasuk yang dijelaskan Inspektur Upacara tadi dilahirkan dari keluarga santri dan bisa menjadi anggota Polri. Dirinya juga lahir dari pesantren dan saat ini mampu menjadi anggota DPR RI

Termasuk Gus Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PKB sempat menjabat dua kali Anggota DPR RI, pernah juga menjadi Pimpinan MPR RI, selain jadi Menteri.

"Jadi lulusan pendidikan asal pesantren tidak ketinggalan dari lulusan pendidikan di luar negeri. Bagaimana pun yang paling penting adalah di pesantren itu dididik kesabaran, tentang ikhlasan dalam perjuangan. Ini yang paling penting," tuturnya.

Dia mengatakan, ditengah-tengah sekarang ini dihadapkan pada persaingan global yang sangat sekuler, sangat liberal, ternyata santri mampu untuk menghadapi kondisi demikian  dengan ideologi yang sudah tertanam guna mengimbangi hal itu dengan tidak meninggalkan kaidah-kaidah yang ada di pesantrennya.

"Toh ternyata mereka lebih survive,  lebih berhasil, lebih bisa bertahan ketimbang bagi mereka pendidikannya kadang di luar pendidikan keagamaan," katanya

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya