Di Universitas Islam Riau, Hasto Ingin Mahasiswa Perhatikan Potensi Selat Malaka

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto Kuliah Umum di Universitas Islam Riau
Sumber :
  • PDI Perjuangan

Pekanbaru – Selat Malaka pernah menjadi pusat perdagangan dunia di Nusantara, yang terhubung dengan negara-negara lain. Untuk itu, tidak salah bila sekarang kembali diperhatikan oleh akademisi.

Aktivis 98 Soroti Tantangan Geopolitik Dunia yang Makin Penuh Friksi

Itu dikatakan Sekjen PDIP yang juga Doktor Doktor Ilmu Pertahanan, Hasto Kristiyanto. Dia mengajak akademisi dan mahasiswa di Provinsi Riau untuk memikirkan apa yang harus dilakukan demi Indonesia bisa menjaga kepentingan nasional di Selat Malaka.

Itu dipaparkannya di hadapan civitas akademika Universitas Islam Riau (UIR) dan tokoh masyarakat Riau, Jumat 18 Agustus 2023. Di sana, Hasto memberikan kuliah umum bertema geopolitik Soekarno.

Oposisi Akan Jadi Minoritas dan Kandidatnya Hanya PKS-PDIP, Menurut Peneliti Senior BRIN

Dalam teori geopolitik Bung Karno, jelas Hasto, ada 2 indikator penting untuk membangun kepentingan nasional. Yakni ilmu pengetahuan dan teknologi, juga politik dan diplomasi.

“Artinya apa, artinya kita hanya bisa menjadi bangsa yang maju kalau kita mengembangkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, riset dan inovasi, sebagai jalan berdikari. Tanpa itu jangan pernah berangan-angan kita akan menjadi negara besar,” kata Hasto.

Hakim MK Tanya ke PDIP Mana Bukti Sehingga Meminta Suara PSI jadi Nol

“Untuk itu kampus memiliki peran yang sentral dalam mengembangkan teknologi sebagai variabel yang paling signifikan, paling berpengaruh dalam memperjuangkan kepentingan nasional kita,” tambahnya.

Adapun terkait dengan politik dan diplomasi, adalah kepentingan nasional yang diperjuangkan ke internasional.

Untuk itu, menurut Hasto mahasiswa harus outward looking. Melakukan aktivitas tidak sekedar wilayah kampus, tetapi juga mulai berpikir untuk Indonesia dan dunia.

Bagaimana implementasinya? Pada titik itu, Hasto mengajak akademisi dan mahasiswa untuk merancang institusi pendidikan sebagai city of intellect. Bahwa pengembangan sebuah wilayah, harus ditopang secara intelektual oleh kampus-kampus di wilayah itu.

Di Riau, jelas Hasto, mahasiswa dan kampus harus berpikir membangun wilayahnya dengan arah menguasai Selat Malaka.

“Kampus dan mahasiswa harus bisa menjawab mengapa selat Malaka hanya dikuasai, dikontrol oleh negara tertentu. Bagaimana kita mengendalikan seluruh jalur perdagangan di selat Malaka, sebagai bagian dari kedaulatan Indonesia. Maka apa yang kita bangun di selat Malaka? Apa yang kita lakukan dengan Bengkalis?,” jelas Hasto.

Harapannya, jelas dia, Selat Malaka akan menjadi bagian dari kekuatan ekonomi Indonesia. Dan ini sejalan dengan konektografi yang telah dibangun oleh Presiden Joko Widodo.

“Tentu ke depan penting sekali dilakukan pembenahan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, agar melihat Indonesia dengan cara geopolitik,” kata Hasto.

Dia juga memaparkan, bagaimana dulu wilayah Sumatera dirancang menjadi wilayah perkebunan. Maka perguruan tinggi harus melakukan riset-riset untuk hilirisasi dari perkebunan itu. 

“Downstream dari CPO apa, oleochemical, apakah kita sudah punya sumber daya manusia yang menguasai pengembangan oleochemical? Proses sistemnya bagaimana? Jadi kampus itu menopang perencanaan koridor-koridor strategis yang ada di wilayahnya,” jelasnya.

Dari sisi politik dan diplomasi, Hasto memberi contih bagaimana perguruan tinggi dan mahasiswa seharusnya memikirkan cara agar Indonesia mampu melindungi kepentingan nasional melalui penciptaan hukum internasional baru.

“Dengan melihat teori geopolitik Soekarno, harusnya kita bisa menginisiasi kerjasama antara negara-negara yang dilintasi oleh jalur-jalur perdagangan strategis, termasuk Mesir dengan terusan Suez-nya. Kita bikin konferensi misalnya, demi membuat hukum internasional. Misal, manakala ada suatu negara yang memperlakukan secara tidak adil terhadap negara yang dilalui jalur-jalur perdagangan dunia itu, maka negara itu bisa menutup jalurnya dari pelayaran kapal mereka,” jelas Hasto.

“Jadi ke depan kita tak perlu ragu-ragu. Kalau kita dipojokkan soal produk kita, kita bisa menutup ALKI kita kalau kita diperlakukan tidak adil oleh bangsa asing,” lanjutnya.

Menurutnya, sudah saatnya dunia pendidikan melihat peta. Sehingga potensi seperti Riau, orang lupa bahwa di depan wilayahnya ada potensi perdagangan dunia luar biasa, yakni jalur Malaka.

“Dan sebaliknya malah pembangunan kota kita lebih berorientasi pada daratan sebagai negara kontinental, bukan negara kelautan. Maka teori geopolitik Soekarno sebenarnya menempatkan suatu paradigma yang penting, bahwa kita bukan negara daratan. Kita adalah sekali lagi, laut yang ditebari oleh pulau-pulau. Maka ini yang harus kita lakukan ke depan,” pungkasnya.

Hadir juga dalam kuliah umum itu adalah Rektor Prof.Dr.H Syafrinaldi. Ia mengatakan kuliah umum Hasto itu terasa lebih istimewa, apalagi dilakukan sehari setelah perayaan HUT Kemerdekaan RI ke-78.

“Semoga kemerdekaan yang diraih ini disyukuri dengan meningkatkan hal bermanfaat bagi kesejahteraan umum seluruh rakyat Indonesia,” kata Prof.Syafrinaldi.

Hadir juga Bupati Pelalawan H Zukri Misran, Bupati Bengkalis Kasmarni, dan Wakil Ketua DPRD Riau Syafaruddin Poti.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya