Guru Besar UI: 123 Ribu Orang Lebih Meninggal per Tahun akibat Polusi Udara

Ilustrasi-Dampak pencemaran udara
Sumber :
  • ANTARA/FB Anggoro

Jakarta – Guru Besar dalam Bidang Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof. Dr. dr. Agus Dwi Susanto, SpP(K) mengatakan setiap tahun lebih dari 123 ribu orang meninggal di Indonesia akibat polusi udara.

Miris! Angka Stunting Cuma Turun 0,1 Persen, Padahal Sudah Keluar Puluhan Triliun

"Jadi polusi udara memberikan dampak yang cukup tinggi dalam angka kematian di Indonesia," kata Agus Dwi Susanto dalam webinar bertajuk "Dampak Polusi Udara pada Kesehatan", di Jakarta, Kamis, 24 Agustus 2023.

Dia mengatakan polusi udara menjadi penyebab kematian tertinggi kelima di Indonesia setelah darah tinggi, diabetes, rokok, dan obesitas.

Menteri Siti Nurbaya: Pencemaran Udara Hingga Perubahan Iklim Menghantui Era Modern

Warga pakai masker karena polusi udara meningkat. (Foto ilustrasi)

Photo :
  • VIVAnews/Fernando Randy

Menurutnya, dalam jangka pendek, polusi udara dapat menyebabkan iritasi mukosa sehingga terjadi gejala hidung berair, bersin-bersin, sakit tenggorokan, kemudian bisa timbul batuk, dahak, bahkan bisa berlanjut menjadi infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), pneumonia, serangan asma, dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

Cuaca Panas di Thailand Kian Mengkhawatirkan, Tewaskan 61 Orang Sepanjang 2024

Selain itu, dalam jangka panjang dapat menyebabkan penurunan fungsi paru, munculnya penyakit TBC, asma, PPOK, dan kanker paru.

Agus Dwi Susanto menjelaskan riset di Indonesia dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) menunjukkan bahwa peningkatan Particulate Matter (PM) 2.5, kenaikan sulfur dioksida (SO2), kemudian PM 10 dalam udara, berimplikasi terhadap risiko terjadinya pneumonia mulai dari 1,4 persen sampai 6,7 persen.

Sementara rata-rata kasus ISPA mulai periode Januari tahun 2023 ini berada di atas 100.000 kasus, padahal tahun-tahun sebelumnya di bawah angka itu.

Ilustrasi-Kemacetan lalu lintas

Photo :
  • ANTARA Foto/Yulius Satria Wijaya

"Jadi ada signifikansinya ketika polutan meningkat, ISPA-nya juga rata-rata di atas 100.000 kasus," katanya.

Pihaknya menambahkan ketika terjadi peningkatan PM 2.5, maka kunjungan untuk telekonsultasi karena bronkitis dan influenza juga meningkat antara 100 hingga 400 persen.

"Studi menunjukkan bahwa telekonsultasi ketika terjadi peningkatan polutan bulan Juni, telekonsultasi karena asma meningkat 200 persen ya," katanya.

Selain itu juga prevalensi asma pada remaja di Jakarta mencapai 12 persen, padahal di pedesaan hanya sekitar 7 persen.

Untuk itu, dia meminta masyarakat untuk selalu memantau kualitas udara, mengurangi aktivitas di luar ruangan, serta menghindari aktivitas fisik pada saat kualitas udara buruk, dan apabila harus beraktivitas sebaiknya menggunakan masker. (ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya