Rektor IPB: Tahun 2006, Ada 5 Susu Berbakteri

Meracik susu formula
Sumber :
  • inmagine.com

VIVAnews – Kementerian Kesehatan bersama BPOM dan IPB hari ini telah mengumumkan hasil penelitian ulang terhadap susu formula untuk bayi usia 0-6 bulan yang beredar di Indonesia tahun 2011. Berdasarkan penelitian gabungan tersebut, dinyatakan tak ada satu pun susu formula yang tercemar Enterobacter sakazaki.

Menteri Kesehatan Endang Rahayu Setyaningsih membantah melakukan penelitian ulang tersebut guna menutupi hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Sri Estuningsih, dosen Fakultas Kedokteran Hewan IPB, pada tahun 2003-2006. Berdasarkan penelitian Sri lebih dari lima tahun silam itu, ditemukan ada susu formula yang mengandung bakteri sakazakii.

“Saya tidak menutup-nutupi. Saya tidak punya data (penelitian Sri),” ujar Endang di Gedung Kementerian Komunikasi dan Informasi, Jakarta, 8 Juli 2011, usai mengumumkan hasil penelitian ulang terhadap 47 sampel susu formula. Menkes mengumumkan hasil penelitian memang didampingi oleh Menkominfo Tifatul Sembiringn.

Endang menjelaskan, ketika IPB melakukan penelitian pada tahun 2006, pihak Kemenkes tidak ikut serta dalam penelitian tersebut. “Jadi kalau orang bikin sesuatu, terus saya disuruh bertanggung jawab, bagaimana jadinya? Kan susah,” kata lulusan Harvard School of Public Health itu.

Sementara itu, Rektor IPB Herry Suhardiyanto mengatakan tidak akan membuka hasil penelitian tahun 2006 tersebut, karena akan mengancam dunia ilmu pengetahuan, dan sangat bertentangan dengan nurani, etika akademi, dan keadilan.

Herry menerangkan, penelitian tahun 2006 tidak mengambil semua sampel, dan tidak bertujuan secara spesifik untuk meneliti susu formula bayi. “Kan tidak semua sampel diambil, karena tujuannya memang hanya untuk berburu bakteri,” ujar Herry.

Klasemen Liga 1: Klub Raffi Ahmad Kecebur Zona Degradasi

Tidak Menyeluruh

Ia mengatakan, pada tahun 2006 itu, dari 22 sampel susu formula yang kebetulan diambil, ada 5 sufor yang positif mengandung sakazakii. “Waktu itu ada 80 jenis susu, dan hanya 22 yang diambil. Jadi kan yang tidak diambil ini seolah-olah pasti negatif,” kata Herry. Padahal kenyataannya tidak demikian, imbuh dia, karena penelitian tidak dilakukan menyeluruh terhadap semua susu formula.

“Saat itu, kita tidak tahu berapa jenis susu yang beredar di Indonesia. Saat itu kita hanya berburu, ngambil breg breg breg, lalu dicari ada mikrobanya atau tidak” terang Herry. Selain itu, lanjutnya, pada tahun 2006 belum ada peraturan yang melarang bakteri sakazakii ada di susu formula.

“Peraturan larangan bakteri sakazakii di sufor kan baru keluar tahun 2009. Justru penelitian ini menjadi landasan untuk lahirnya peraturan itu. Jadi ini murni persoalan ilmiah, tidak ada kepentingan lain,” tegas Herry.

Itu tahun 2006. Saat ini, tahun 2011, Menkes menjamin semua susu formula telah bebas dari bakteri sakazakii. “Kesimpulannya, tidak ditemukan bakteri Enterobacter sakazakii,” tegas Kepala Litbang Kemenkes, Trihono, saat membacakan hasil penelitian. Ia menyatakan, hasil penelitian tersebut telah diuji silang antartiga lembaga – Kemenkes, BPOM, dan IPB. (ren)

Laporan: Luqman Ramadi

Sudahi Kegaduhan terkait Pilpres 2024, Elite Politik Diminta Tiru Sikap Prabowo
Direktur Penyidikan Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus, Kuntadi

Terkuak, Ini Peran 5 Tersangka Barus Kasus Korupsi Timah

Kejaksaan Agung RI mengungkap lima tersangka baru kasus dugaan korupsi tata niaga komoditas timah wilayah Izin Usaha Pertambangan

img_title
VIVA.co.id
27 April 2024