DPR: Redam Rusuh Ambon dengan Kekeluargaan

Kerusuhan Ambon
Sumber :
  • ANTARA/Izaac Mulyawan

VIVAnews – Wakil Ketua DPR Pramono Anung mengemukakan, kerusuhan Ambon perlu diredam dengan mengedepankan cara kekeluargaan, bukan cara militer semata.

“Masyarakat Maluku itu sebenarnya sangat toleran. Harusnya pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kekeluargaan dan kekerabatan. Pendekatan keamanan dan militer justru akan menambah tegang,” kata Pramono di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa, 13 September 2011.

Pramono mengingatkan, pendekatan militer pada peristiwa rusuh Ambon tahun 1999 justru cenderung menimbulkan ketegangan di tengah warga. Tugas penting aparat saat ini, kata Pramono, ialah untuk meluruskan isu miring atau provokasi yang berkembang di masyarakat. Sebab, lanjutnya, kabar-kabar burung itulah yang menyebar dan memicu kerusuhan.

“Kalau aparat menjelaskan kepada masyarakat tentang kejadian yang sebenarnya sejak awal, maka tidak pelu terjadi kerusuhan,” kata politisi PDIP itu. Hal senada diungkapkan oleh Sosiolog Universitas Indonesia, Thamrin Amal Tomagola.

“Kejadian itu murni kelalaian dari kepolisian. Ada jenazah tukang ojek yang diambil Polres. Keluarga almarhum datang, tapi tidak diberi keterangan. Setelah heboh, baru keluar keterangan kalau itu kecelakaan murni. Keluarga almarhum terlanjur marah,” papar Thamrin. “Jadi saya kira Kapolri harus minta maaf kepada rakyat Ambon, dan Kapolda harus ditegur keras,” imbuhnya.

Kerusuhan Ambon yang terjadi pada Minggu, 11 September 2011, memang dipicu oleh kematian seorang tukang ojek bernama Darfin Saimen. Darfin diisukan tewas dikeroyok komunitas tertentu. Padahal, menurut polisi, Darfin tewas karena kecelakaan lalu-lintas. Polisi pun mengusut penyebaran SMS berantai yang diduga menyulut kerusuhan di Ambon itu.

Thamrin juga meminta masyarakat Ambon untuk terus mewaspadai berbagai provokasi yang dihembuskan di sekitar mereka. “Saya menerima laporan dari mantan walikota Ambon yang mengatakan, provokasi sekarang cukup hebat,” ujar Thamrin lagi. Menurutnya, provokasi saat ini memiliki pola yang sama dengan provokasi saat terjadi kerusuhan tahun 1999.

Yang membedakan adalah sarana provokasi. “Sekarang, informasi menyesatkan disebarkan lewat SMS, tahun 1999 silam lewat telepon umum koin,” jelas Thamrin. Namun ia cukup lega karena provokasi fisik seperti aksi pukul-memukul tiang listrik dan pembakaran, saat ini mulai reda.

Situasi Kota Ambon hari ini masih belum sepenuhnya normal. Perkantoran belum buka, toko-toko dan pusat perbelanjaan masih tutup, kegiatan belajar-mengajar belum seratus persen aktif. Namun Gubernur Maluku, Karel Albert Rahalu, menyatakan situasi keamanan di Ambon telah kondusif, menyusul penambahan 200 personel Brimob Makassar ke Kota Ambon. (eh)

Baru Lunas di Usia 45 Tahun, Meisya Siregar Ingatkan Gen Z Soal Rumah KPR
Hacker/Intelijen siber.

3 Faktor Cegah Operasi Intelijen Siber, Jangan Terbalik

Ketiga faktor ini harus dipikirkan berurutan dalam menangkal operasi intelijen siber. Jangan terbalik. Kalau tidak dilakukan berurutan, maka akan jadi masalah.

img_title
VIVA.co.id
27 April 2024