- Antara/ Nyoman Budhiana
VIVAnews - Bali pernah merasakan pahitnya diguncang aksi teror bom. Pertama, terjadi pada tahun 2002 yang dikenal dengan bom Bali I dan kedua pada 2005 yang dikenal dengan bom Bali II.
Tak mau kecolongan untuk ketiga kalinya, Polda Bali melakukan penjagaan ekstra ketat di seluruh pintu masuk menuju Bali. Penjagaan ketat itu dilakukan terutama setelah sejumlah bom meledak di sejumlah tempat belakangan ini. Bom di Ambon dan bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Solo, Minggu 25 September 2011.
"Sebab, besar kemungkinan (teroris) bisa masuk ke Bali, meski hingga saat ini kita belum menemukan indikasi adanya gerakan terorisme di Bali," kata Kapolda Irjen Totoy Herawan Indra saat menggelar pertemuan dengan tokoh masyarakat lintas suku dan agama di Gereja Lembah Pujian, Denpasar, Selasa 27 September 2011.
Atas dasar itu, Totoy menyatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan gubernur dan Pangdam (IX Udayana) serta masyarakat lintas komponen untuk secara reguler melakukan operasi.
Dengan kerjasama seketat itu, Totoy memberi garansi keamanan di Bali. Ia mengaku akan sekuat tenaga menjaga situasi kondusif di Pulau Dewata itu. "Saya tidak akan mundur menjaga keamanan Bali meski banyak gangguan," tegasnya.
Totoy sendiri mengaku memiliki jurus jitu untuk menangkal masuknya gerakan terorisme ke Bali. Jurus jitu itu didapatnya setelah ia melakukan riset panjang terhadap sedikitnya 10 peristiwa bom bunuh diri di tanah air. Hasil risetnya itu dituangkan dalam bentuk buku yang telah diterbitkannya.
"Kesimpulannya, orang yang melakukan bom bunuh diri itu adalah mereka yang sedang dalam taraf frustasi. Nah, mereka yang sedang frustasi itu sendiri ada enam tahap kenapa mereka tergiur untuk menjadi bomber," urainya.
Tetapi yang terpenting, menurutnya, bom bunuh diri bukan monopoli kelompok agama tertentu. Sebab, berdasarkan catatan historis, kata Totoy, gerakan separatisme dan radikalisme juga memanfaatkan gerakan bom bunuh diri sebagai alat perjuangan mereka.
Atas dasar itu, dirinya optimis Bali tak akan kecolongan untuk ketiga kalinya. "Bali ini dikunjungi bukan karena wisata yang indah, tetapi juga sering dijadikan tempat pertemuan skala internasional," katanya.
Pada tahun ini, rencananya, Bali akan menjadi tuan rumah dalam pertemuan internasional yang akan dihadiri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden AS, Barack Obama.
"Kami akan terapkan standar pengamanan internasional,” ucapnya.
Laporan: Bobby Andalan | Bali