- ANTARA/ Anis Efizudin
VIVAnews - Kerap terjadinya kerusuhan di masyarakat dinilai Polri merupakan bentuk dari kedangkalan pemahaman demokrasi di tiap individu. Dalam demokrasi, setiap individu diberi kebebasan berpendapat, namun tetap berpegang pada norma dan peraturan yang berlaku.
Menurut Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri, Brigjen M Taufik, saat ini kebebasan berpendapat lebih berorientasi pada tindak pemaksaan. Hal inilah yang menjadi pemicu terjadinya kerusuhan.
"Pembelajaran demokrasi harus diikuti oleh perubahan pola pikir dari masyarakat," ujarnya saat ditemui seusai acara peluncuran buku di Grand Indonesia, Jakarta, Selasa malam, 10 Januari 2012.
Penyampaian pendapat yang tidak sesuai norma, lanjutnya, merupakan tindakan pelanggaran. Hal inilah yang menjadi dasar pihak kepolisian bergerak menertibkan.
"Kalau ada pelanggaran masa kami diamkan," tuturnya.
Apabila polisi tidak bertindak, tambahnya, maka akan kembali jadi pembelajaran negatif di masyarakat. Pasalnya, hal ini bertentangan dengan prinsip polisi sebagai pengayom dan pelindung. "Kami harus tegakan kebenaran," ucapnya.
Kisah Jenderal Soemitro, dari Ramalan Boneka Jailangkung Jadi Tentara Kesayangan Soeharto
Jenderal TNI (Purn) Soemitro Sastrodihardjo, yang dikenal sebagai salah satu panglima militer paling berpengaruh di era Orde Baru, memiliki kisah masa kecil yang unik dan
