- Surabaya Post
VIVAnews - Air sungai Bengawan Solo terus naik, bahkan hingga saat ini status sungai tersebut mencapai siaga II. Akibatnya, banyak tanaman padi yang baru berusia 30 hingga 45 hari milik petani setempat yang mati dan membusuk. Tak jarang pula banyak petani yang panen dini.
Per hari ini, Senin, 16 Januari 2012, ribuan hektar lahan pertanian sudah terendam air sungai Bengawan Solo sejak tiga hari terakhir.
Lahan pertanian yang mulai tergenang air di antaranya, berada di wilayah Kecamatan Kalitidu, Boureno, Trucuk, dan Kota. Secara total, kawasan yang diketahui terancam banjir Bengawan Solo terdapat di 15 kecamatan, di 167 desa. Selain persawahan, air juga sudah meluber ke pemukiman warga, kususnya di Kecamatan Boureno.
"Rata-rata hampir 1000 Ha tanaman yang tergenang umurnya baru mencapai 30-45 hari, jadi rentan untuk busuk," jelas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro, Kasianto.
Dari pantauan VIVAnews, terlihat, banjir tersebut sudah menggenangi kawasan Desa Katur, Kecamatan Kalitidu, Bojonegoro. Di kawasan ini, tanaman yang siap panen juga terlihat kebanjiran air dari sungai Bengawan Solo sehingga banyak petani yang panen dini.
Salah satu petani, Sunjani, 43, asal Desa Kutur, menjelaskan kalau kualitas bulir padi yang sudah terganang air itu akan turun harganya. Pasalnya, kandungan bulir itu banyak kandungan airnya. Sehingga, tak banyak pula para petani yang membiarkan padinya tergenang dengan air.
“Setelah tergenang banjir, harga gabahnya biasanya langsung turun,” kata Sunjani.
Ia menjelaskan, harga gabah hasil panen sekarang mencapai hingga Rp4.000 per kilogram. Namun, gabah yang terendam banjir harganya turun rata-rata Rp3.700 – Rp3.800 per kilogram. Gabah hasil panen dari petani itu pun banyak diborong oleh tengkulak.
Laporan: Pambudi Eko | Bojonegoro