Mahasiswa Lestarikan Tradisi Sepak Bola Api Awali Ramadhan

Mahasiswa Melestarikan Tradisi Sepak Bola Api Awali Ramadhan
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dwi Royanto
VIVA.co.id
MA India Izinkan Puasa Sampai Mati
- Memasuki Ramadhan 1436 hijriah, ratusan mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Jawa Tengah, menggelar tradisi sepakbola api. Tradisi unik itu bertujuan menyambut datangnya bulan puasa.

Lebaran 2015, Pendapatan PT KAI Melebihi Target.

Tradisi sepakbola api itu dilakukan di area kampus Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Walisongo Semarang, Selasa malam, 16 Juni 2015. Mereka berkumpul dengan mengenakan atribut olahraga.
Pengguna KRL Naik 26 Persen Selama Libur Lebaran


Kostum yang dikenakan pun bukan kostum biasa. Jika sepakbola pada umumnya mengenakan celana pendek, tapi dalam tradisi sepakbola api itu sepuluh pemain mengenakan sarung. Mereka juga tak memakai sepatu seperti pemain sepakbola biasanya.


Bola yang digunakan juga menggunakan bola khusus yang terbuat dari sabut kelapa. Kemudian sabut kelapa yang dibuat bundar itu direndam ke dalam minyak tanah dan disulut api hingga terbakar.


Butuh nyali besar untuk memainkan permainan yang sudah turun-temurun itu. Mereka para pemberani yang sanggup berebut bola dan menendangnya ke gawang.


Soim, seorang dari pemain, mengatakan bahwa tradisi sepakbola api dilakukan untuk menyambut Ramadhan pada Kamis. Selain itu, permainan bertujuan merekatkan semangat mahasiswa.


"Harapannya, acara ini berlangsung tiap tahunnya. Kalau di Jepara ada perang obor. Maka di sini kita lakukan tradisi sepak bola api," ujar Soim kepada
VIVA.co.id.


Sebelum memainkan sepakbola api, belasan mahasiswa melakukan pembukaan dengan semburan naga api berjenis Banaspati. Banaspati, menurut tradisi Jawa, diibaratkan sebagai setan/iblis yang harus diusir sebelum Ramadhan.


Pada momentum Ramadhan, umat Islam diwajibkan menjaga amarah, nafsu syahwat, dan hal-hal tercela. Maka dengan menendang bola api merupakan perwujudan mengendalikan nafsu selama Ramadhan.


"Harapan kami kita semua, melalui tradisi ini kita umat muslim bisa mendapatkan inti ramadhan, yakni orang bertawakal kepada Allah," ujar Soim.


Ahmad Muslim, pemain yang lain, menambahkan, butuh nyali besar dalam memainkan permainan bola api itu. Selain persiapan fisik, mereka juga diharuskan siap mental untuk menjaga keselamatan. Tak jarang dari mereka melakukan ritual dan doa khusus.


"Selain latihan menendang bola api, kita psikologi kita juga harus siap. Sebab bolanya tidak biasa," ujarnya.


Antusias mahasiswa dalam tradisi itu cukup besar. Tak hanya para pemain yang bersorak sorai, mereka para mahasiswi yang hadir juga terus memberikan semangat kepada tim dukungannya. Acara yang berlangsung selama satu jam itu berakhir dengan skor 5 untuk tim Banaspati dan skor 3 untuk tim Gatoloco.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya