- ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
VIVA.co.id - Wakil Presiden Jusuf Kalla, dalam peresmian pembukaan Gelar Batik Nusantara di Jakarta Convention Center, Jakarta, Rabu, 24 Juni 2015, sempat berkisah tentang 'kisah' masuknya batik menjadi pakaian resmi pejabat negara.
Ia bercerita, saat masih menjabat Wakil Presiden di era kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kala itu batik memang sudah populer. Namun, diakui belum menjadi pakaian khas kenegaraan. "Semua pejabat masih menjadikan jas sebagai pakaian khasnya kala itu," ujar JK.
Pada masa jabatannya di 2004-2009, Indonesia sedang dirundung masalah krisis energi. Pasokan sumber daya energi merosot sehingga pemerintah mewajibkan untuk melakukan penghematan di sektor apapun. Termasuk istana. Siasat menghemat energi pun juga harus ditetapkan.
"Salah satu cara untuk menghemat adalah dengan listrik. (Sebab) AC paling banyak di kantor. Jadi dibuat kebijakan agar seluruh instansi pemerintah tidak boleh menghidupkan AC di bawah 25 derajat celsius," ujarnya menambahkan.
Buntut dari kebijakan itu, jelas membuat kondisi ruangan ikut menjadi hangat. Sehingga sangat tidak memungkinkan bagi para pejabat negara untuk mengenakan jas layaknya pejabat di luar negeri.
"(Akhirnya) Jas jadi tidak bisa lagi dipakai. Sehingga harus dipakai pakaian sederhana. Sejak itulah, kemudian batik jadi pakaian resmi di sidang kabinet. Pelantikan sekarang di Indonesia kan pakai batik."
(mus)