Ketika Kepingan Tanah Jadi Berkah Bagi Petani

Hadi Sutrisno, petani yang kini alih profesi.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Daru Waskita

VIVA.co.id - Warga di Desa Nomporejo, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta menjual cuilan tanah kering yang ada di persawahan. Itu memang tak biasa dilakukan warga yang kebanyakan berprofesi sebagai petani. Retak-retak pada sawah kering mengakibatkan padi dan palawija tak lagi bisa menjadi media tanam mereka. Alih-alih tak sudi merugi, 'jualan tanah' dilakukan petani demi menjaga periuk nasi tetap terisi. 

Hadi Sutrisno, salah seorang petani di Desa itu mengaku menjual cuilan tanah itu ke produsen batu bata. Sebab, bongkahan tanah kering itu bisa menjadi bahan baku pembuatan bahan dasar pembangunan perumahan yang tengah meroket.

Caranya sangat sederhana. Layaknya petani, Hadi hanya perlu cangkul untuk mencungkil rekahan tanah kering tersebut.

"Satu bak mobil pick up, tanah tersebut dihargai Rp70.000," kata Hadi yang ditemui di Desa Nomporejo, Jumat 7 Agustus 2015.

Hadi memperkirakan, dari luasan sawah miliknya akan terkumpul sekitar 100 mobil pick up. Itu berarti Hadi akan mengantongi hasil penjualan rekahan tanah kering di lahannya hingga Rp7 juta.

"Dari pada lahan menganggur karena sama sekali tidak bisa ditanami maka retakan tanah saya congkel dan dijual kepada produsen batu-bata," ucapnya.

Hadi kini memang tengah beralih profesi. Bukan lagi jualan padi, tapi menjadi pemasok 'tanah' ringkai. Hadi punya alasan sendiri. Menurutnya, tanah memang perlu dikelupas. Sebab, musim kering menjadikan daratan persawahannya sulit digarap. Mengering dan susah menyerap air. 

"Pengelupasan dilakukan demi kelancaran aliran air dari saluran irigasi, karena setelah dikelupas, posisinya jadi lebih rendah," ucap Hadi.

Tapi, Hadi bukanlah petani amatir yang membiarkan lahannya 'disakiti.' Dia punya cara untuk memulihkan sawahnya agar kembali berfungsi. Menjadi pijakan periuk nasi buat anak juga istri.

Caranya dengan memberi pupuk kandang pada bagian tanah yang sudah dikelupas. Selain meninggikan lahan agar tak kalah oleh banjir, lapisan pupuk kandang menjadi 'serbuk ajaib' yang akan menyuburkan tanah. Cara itu bahkan mujarab meningkatkan kualitas hasil panen.

Kepingan-kepingan tanah kering milik Hadi tak hanya menguntungkan diri sendiri. Saryanto, pembeli cuilan tanah kering milik Hadi membenarkan jika dirinya juga beroleh keuntungan. Rekahan tanah kering yang dipasok Hadi bisa dijual Rp75 ribu hingga Rp100 ribu per pick up. Kebanyakan tanah kering itu dipesan pengrajin gerabah dan produsen batu bata. 

"Setiap tahun selalu datang ke sini mencari bongkahan tanah sawah. Kami dan petani sama-sama diuntungkan," ucap Saryanto.

Kekeringan kian meluas di Yogyakarta. Sampai saat ini saja, Dinas Sosial DIY sudah menyiapkan 1.153 tangki air bersih yang dikucurkan kepada masyarakat. 300 tangki memenuhi permintaan Kabupaten Gunungkidul, 170 tangki untuk Kabupaten Bantul, 125 tangki air diperuntukkan bagi Kabupaten Kulonprogo, dan 50 tangki atas permintaan Kabupaten Sleman.

Musim Kemarau, Petani Cabai Ketiban Rejeki

Distribusi air bersih itu menggunakan dana APBD DIY dan APBN yang masing-masing sebanyak 553 tangki dan 600 tangki. Distribusi yang dilakukan mulai Juli rencananya akan berlanjut hingga Oktober mendatang.

Kekeringan Yogyakarta Sorot

Kekeringan Meluas Di Enam Kecamatan Gunungkidul

"Namun belum waktunya membuat hujan buatan."

img_title
VIVA.co.id
21 Agustus 2015