Adnan Buyung Nasution, 300 Dolar AS dan Jas Mewah

Adnan Buyung Nasution
Sumber :
  • Facebook LBH

VIVA.co.id - Meninggalnya pengacara senior Adnan Buyung Nasution membuat sedih Kepala Staf Presiden, Teten Masduki. Sebelum masuk ke pemerintahan, Teten memang aktif di dunia aktivis anti korupsi dan dekat dengan almarhum.

"Saya pernah bersama-sama bang Buyung di Hamamet, kota tepi pantai tujuan turis terkenal di Tunisia sekitar tahun 1990," kata Teten memulai ceritanya, Rabu 23 September 2015.

Teten mengaku, dia diutus Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) untuk kursus tiga bulan bagi calon pimpinan NGO, yang dihadiri seluruh dunia.

Todung: Gelar Pahlawan untuk Adnan Buyung Tergantung Negara

Buyung kebetulan juga menjadi pengajar bersama dengan yang lainnya seperti Prof Daniel Lev, seorang Indonesianis yang juga menulis buku perjuangan Adnan Buyung.

Teten mengenang, saat itu Bang Buyung, demikian dia memanggil almarhum, sedang menyelesaikan program doktornya di Utrech Belanda, setelah kantor hukumnya ditutup oleh pemerintah Orde Baru karena dianggap terlalu kritis.

Teten juga mengisahkan, dia membantu Buyung yang menyelesaikan disertasinya. Dia yang mengetik, sedangkan Buyung yang mendikte, yang kemudian dikirim ke sekretarisnya di Jakarta.

"Acapkali terjadi diskusi yang alot mengenai konsep-konsep yang akan ditulis. Kalau bahan disertasi sudah di email ke Belanda, Bang Buyung biasanya mengajak jalan santai menikmati suanana petang yang indah di Hamamet dan mentraktir saya makan yang enak," tambah Teten.

Saat itu, Teten mengisahkan dia diberi sebuah jas mewah dan sejumlah uang dolar AS oleh Teten.

Ini Sosok Adnan Buyung di Mata Menko Darmin

"Saya juga diberi hadiah jas bermerek oleh Bang Buyung, dan itu jas pertama yang saya punya," jelasnya.

Saat itu, mulai memasuki musim dingin. Bang Buyung, lanjut Teten, bertanya kepadanya apakah punya jas, atau tidak. Teten saat itu hanya membawa sebuah jaket, yang tidak akan bisa membuat hangat badan.

"Lalu, dia buka jas yang dipakainya dan lalu dikasih ke saya. Jas itu pula yang saya pakai, waktu saya menikah pada 1995, dan sampai sekarang saya koleksi sebagai kenangan dari tokoh pergerakan kemanusiaan yang saya hormati," kata Teten.

Selain jas, Bang Buyung juga merogoh kantongnya sebesar 300 dolar AS dan diberikan ke Teten. Alasannya sederhana, agar Teten bisa membeli pakaian yang layak digunakan selama mengikuti kursus itu. Teten tahu, karena Bang Buyung dalam setiap penampilannya selalu necis dan rapi.

"Semoga ajaran, jasa-jasa dan kebaikan Bang Buyung untuk kemajuan gerakan HAM dan demokrasi di Indonesia, tetap dikenang oleh kita semua dan mendapat tempat di sisi Allah SWT. Amien," tuturnya.

Adnan Buyung Nasution wafat di usia 81 tahun pada Rabu, 23 September 2015, di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan. Almarhum dirawat di RSPI sejak pekan lalu, lantaran beberapa penyakit yang diderita, antara lain gangguan jantung dan ginjal. (asp)

Todung: Kami Akan Lanjutkan Perjuanganmu, Bang Buyung!
Upacara adat jelang pemakaman Adnan Buyung Nasution.

Pesan Terakhir Adnan Buyung untuk Pemerintah

Hal ini dia sampaikan kepada Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo.

img_title
VIVA.co.id
24 September 2015