Mengenal Sosok Pahlawan dalam Mata Uang Rupiah

Ilustrasi rupiah.
Sumber :
  • VIVA/Bayu Nugraha
VIVA.co.id
Uang Bisa Membeli Kebahagiaan, Asal...
- Setiap tanggal tanggal 10 November, Bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan. Untuk mengenang jasa-jasa para Pahlawan banyak nama mereka diabadikan sebagai nama Jalan atau dibangunkan monumen atau patung.

Uang Kertas Masih Laku, Laba Peruri Naik 89,64 Persen

Selain jalan dan monumen, ada beberapa pahlawan yang nama dan wajahnya diabadikan dalam mata uang Republik Indonesia.
Bank Sentral China Akan Luncurkan Mata Uang Digital


Berikut nama Pahlawan yang diabadikan sebagai mata uang Republik Indonesia.

1. Rp1.000 (Kapitan Pattimura)


Kapitan Pattimura merupakan salah satu pahlawan nasional yang sangat gigih melawan penjajah Belanda. Kapitan Pattimura memiliki nama asli Thomas Matulessy ada juga yang mengatakan nama aslinya adalah Ahmad Lussy, beliau lahir di Hualoy, Seram Selatan, Maluku pada tanggal 8 Juni 1783.

Pattimura meninggal di Ambon, Maluku, 16 Desember 1817 pada umur 34 tahun. Ia adalah putra Frans Matulesi dengan Fransina Silahoi.


2. Rp2.000 (Pangeran Antasari)


Pangeran Antasari lahir di Kayu Tangi, Banjar, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan, 1797 atau 1809 dan meninggal di Bayan Begok, Kabupaten Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah, 11 Oktober 1862 pada umur 53 tahun.


Antasari adalah seorang pahlawan nasional Indonesia. Sebagai seorang pangeran, ia merasa prihatin menyaksikan kesultanan Banjar yang ricuh karena campur tangan Belanda pada kesultanan semakin besar. Gerakan-gerakan rakyat timbul di pedalaman Banjar. Pangeran Antasari diutus menyelidiki gerakan-gerakan rakyat yang sedang bergolak.


Ia meninggal karena penyakit paru-paru dan cacar di pedalaman sungai Barito, Kalimantan Tengah. Kerangkanya dipindahkan ke Banjarmasin dan dimakamkan kembali di Taman Makam Perang Banjar Banjarmasin Utara, Banjarmasin. Perjuangan beliau dilanjutkan oleh puteranya Sultan Muhammad Seman dan mangkubumi Panembahan Muda (Pangeran Muhammad Said) serta cucunya Pangeran Perbatasari (Sultan Muda) dan Ratu Zaleha.


3. Rp5.000 (Tuanku Imam Bonjol)


Tuanku Imam Bonjol lahir di Bonjol pada tahun 1772, nama aslinya adalah Muhammad Shahab. Ia lahir dari pasangan Bayanuddin dan Hamatun. Ayahnya adalah seorang alim ulama dari Sungai Rimbang, Suliki. Imam Bonjol belajar agama di Aceh pada tahun 1800-1802, dia mendapat gelar Malin Basa.


Sebagai ulama dan pemimpin masyarakat setempat, Tuanku Imam Bonjol memperoleh beberapa gelar, antara lain yaitu Peto Syarif, Malin Basa, dan Tuanku Imam. Tuanku nan Renceh dari Kamang, Agam sebagai salah seorang pemimpin dari Harimau nan Salapan yang menunjuknya sebagai Imam (pemimpin) bagi kaum Padri di Bonjol. Ia sendiri akhirnya lebih dikenal masyarakat dengan sebutan Tuanku Imam Bonjol.


4. Rp10.000 (Sultan Mahmud Badaruddin II)

Sultan Mahmud Badaruddin II lahir di Palembang, 1767, dan wafat di Ternate, 26 September 1852. Sultan Mahmud adalah pimpinan kesultanan Palembang Darussalam selama 2 periode (1803-1813 dan 1818-1821), Meneruskan masa pemerintahan ayahnya, Sultan Muhammad Bahauddin (1776 sampai 1803). Nama aslinya sebelum menjadi seorang Sultan adalah Raden Hasan Pangeran Ratu.


Pada tanggal 14/7/1821, Saat Hindia Belanda sukses menguasai Palembang, Sultan Mahmud Badaruddin II dan keluarganya ditangkap dan diasingkan ke daerah Ternate.


5. Rp20.000 (Otto Iskandar Di Nata)


Raden Otto Iskandardinata lahir di Bandung, Jawa Barat, 31 Maret 1897 – meninggal di Mauk, Tangerang, Banten, 20 Desember 1945 (pada umur 48 tahun). Dia adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia. Ia mendapat nama julukan si Jalak Harupat.


Otto Iskandardinata diangkat sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 088/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973. Sebuah monumen perjuangan Bandung Utara di Lembang, Bandung bernama "Monumen Pasir Pahlawan" didirikan untuk mengabadikan perjuangannya. Nama Otto Iskandardinata juga diabadikan sebagai nama jalan di beberapa kota di Indonesia.


6. Rp50.000 (I Gusti Ngurah Rai)


I Gusti Ngurah Rai lahir di Desa Carangsari, Petang, Kabupaten Badung, Bali, Hindia Belanda, 30 Januari 1917 – meninggal di Marga, Tabanan, Bali, Indonesia, 20 November 1946 (pada umur 29 tahun). Dia adalah seorang pahlawan Indonesia dari Kabupaten Badung, Bali.


Ngurah Rai memiliki pasukan yang bernama "TOKRING" KOTOK GARING melakukan pertempuran terakhir yang dikenal dengan nama Puputan Margarana. (Puputan, dalam bahasa bali, berarti "habis-habisan", sedangkan Margarana berarti "Pertempuran di Marga"; Marga adalah sebuah desa ibukota kecamatan di pelosok Kabupaten Tabanan, Bali).


7. Rp100.000 (Soekarno-Hatta)


Ir Soekarno adalah Presiden pertama Republik Indonesia. Bung Karno yang berasal dari Blitar, merupakan pahlawan Proklamasi bersama dengan Mohammad Hatta.


Presiden Soekarno sangat disegani oleh para pemimpin negara-negara di dunia pada waktu itu. Soekarno dilahirkan di Surabaya tepatnya pada tanggal 6 Juni 1901 dengan nama asli bernama Koesno Sosrodihardjo, karena sering sakit yang mungkin disebabkan karena namanya tidak sesuai maka ia kemudian berganti nama menjadi Soekarno. Ayah beliau bernama Raden Soekemi Sosrodihardjon dan ibu bernama Ida Ayu Nyoman Rai.


Semasa hidup, Presiden Pertama Indonesia ini diketahui memiliki tiga orang istri dimana masing-masing istrinya memberinya keturunan. Istrinya yang pertama yang bernama fatmawati memberinya lima orang anak yakni Megawati, Sukmawati, Rachmawati, Guntur dan Guruh, kemudian dari istrinya yang lain yang bernama Hartini memberinya dua orang anak yaitu Taufan dan juga Bayu.


Sedangkan Mohammad Hatta merupakan tokoh Proklamator Indonesia bersama Presiden Soekarno. Sangat bersahaja dan sederhana hingga akhir hayatnya ini itulah sosok Mohammad Hatta yang lahir pada tanggal 12 Agustus 1902 di Bukittinggi. Di kota kecil yang indah inilah Bung Hatta dibesarkan di lingkungan keluarga ibunya.


Ayahnya, Haji Mohammad Djamil, meninggal ketika Hatta berusia delapan bulan. Dari ibunya, Hatta memiliki enam saudara perempuan. Ia adalah anak laki-laki satu-satunya.


Sejak duduk di MULO di kota Padang, ia telah tertarik pada pergerakan. Sejak tahun 1916, timbul perkumpulan-perkumpulan pemuda seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa. dan Jong Ambon. Hatta masuk ke perkumpulan Jong Sumatranen Bond Sebagai bendahara Jong Sumatranen Bond, ia menyadari pentingnya arti keuangan bagi hidupnya perkumpulan.


Tetapi sumber keuangan baik dari iuran anggota maupun dari sumbangan luar hanya mungkin lancar kalau para anggotanya mempunyai rasa tanggung jawab dan disiplin. Rasa tanggung jawab dan disiplin selanjutnya menjadi ciri khas sifat-sifat Mohammad Hatta.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya