Kisah Bung Karno Kelabui Jepang Lewat Pidato

Bung Karno.
Sumber :
VIVA.co.id
Pejabat Hingga Artis Hadiri Ulang Tahun Guruh Soekarnoputra
- Dai Nippon Teikoku, begitu istilah yang digunakan untuk menyebut pemerintahan kolonial Jepang. Meski seumur jagung ibaratnya, tapi kesadisannya membekas hingga kini.

Ini Alasan Bung Karno Pilih Ali Sadikin

Saat posisinya terdesak Sekutu, Jepang menghasut rakyat Indonesia untuk mendukungnya. Caranya? Lagi-lagi Soekarno, ahli sihir massa yang dipakai Jepang dengan pidato-pidatonya.
Kisah Bung Karno Menolak Diselundupkan


Dalam buku Total Bung Karno karya Roso Daras diceritakan bahwa Bung Karno menuruti kemauan Jepang. Ia pun berkeliling Indonesia, berpidato mengobarkan semangat rakyat agar anti-Sekutu, dan mendukung Jepang melawan Sekutu.


Jepang tidak sadar, bahwa 75 persen isi pidato Bung Karno sejatinya adalah penanaman kesadaran nasional bangsanya.


Contoh kecil, dalam sebuah pidato ia menunjuk seorang prajurit Jepang yang sedang mengawal dengan senapan dan sangkur. “Lihat, dia menjalankan tugasnya oleh karena dia cinta kepada tanah airnya. Dia berperang untuk bangsanya. Dia bersedia mati demi kehormatan tanah airnya. Begitupun… kita… harus !!!”


Di lain waktu,  ia menukil jalannya sejarah dalam pidato-pidatonya. “Kerajaan Majapahit memperoleh kemenangan gilang-gemilang setelah digembleng penderitaan dalam peperangan-peperangan melawan Kubilai Khan. “


“Sultan Agung Hanyokrokusumo membikin negara Mataram menjadi negara yang kuat setelah mengalami cobaan-cobaan dalam perang Senopati. Dan orang Islam di zaman keemasannya barulah menjadi kuat setelah mengalami Perang Salib. Tuhan Yang Maha Kuasa berfirman dalam Alquran: ‘Ada masa-masa di mana kesukaranmu sangat berguna dan perlu’.”


Sekalipun dalam setiap pidato ia diawasi ketat tentara Jepang, tetapi Bung Karno tidak pernah kurang akal dalam menyelipkan pesan-pesan kebangsaan dan pesan-pesan persatuan melalui kiasan-kiasan yang tidak dimengerti orang Jepang, sekalipun ia bisa berbahasa Indonesia.


Kiasan yang acap digunakan Soekarno, antara lain diambil dari dunia wayang dan hewan. Menurut Soekarno, cara itu justru cepat diserap nalar rakyat jelata sekalipun.


Rakyat tahu bahwa Arjuna adalah pahlawan Pandawa Lima yang negaranya direbut secara licik oleh Kurawa. Dalam perang dahsyat Mahabharata, Pandawa Lima akhirnya berhasil membinasakan Kurawa yang bathil. Dengan sedikit saja kiasan, rakyat sadar, negaranya sedang dijajah “Kurawa”, karenanya harus direbut melalui perang akbar, bila perlu.


Untuk melukiskan tokoh-tokoh, kembali Soekarno menggunakan ksatria-ksatria dunia wayang. Arjuna dilambangkan sebagai pengendalian diri-sendiri. Saudaranya, Werkudara, melambangkan seseorang yang teguh berpegang kepada kebenaran.


Sebutlah Gatotkaca, maka serta-merta orang akan teringat kepada Soekarno. Sebaliknya, kalau Bung Karno menyebut Buta Cakil, sadarlah rakyat tentang siapa yang dimaksud, karena Buta Cakil adalah perlambang raksasa yang jahat.


Selain wayang, Bung Karno menggunakan perlambang hewan. Melalui tulisan maupun pidato, Bung Karno melahirkan kiasan-kiasan yang melegenda. Salah satunya, “Di bawah Matahari-Terbit, manakala Liong Barongsai dari Tiongkok bekerjasama dengan Gajah-Putih dari Muang Thai, dengan Karibu dari Filipina, dengan Burung Merak dari Burma, dengan Lembu Nandi dari India, dengan Ular Hydra dari Vietnam, dan sekarang… dengan Banteng dari Indonesia, maka Imperialisme akan hancur-lebur dari permukaan benua kita!”


Kalimat itu pada masanya, sangat mudah dicerna. Maksudnya ialah, bahwa daerah-daerah yang diduduki tadi bersatu dalam tekad untuk melenyapkan agresi.


Dengan idiom dan kiasan itu, Jepang sungguh tidak sadar. Sebaliknya, Jenderal Imamura, penguasa Jepang di Indonesia begitu menyenangi kepandaian Soekarno berpidato. Dan Soekarno jauh lebih senang. Karena dengan begitu, ia bisa berpidato di hadapan 60.000 orang pada satu rapat akbar, dan 100.000 orang lainnya dalam rapat yang lain lagi.


Dan… lebih dari itu, tidak hanya nama Soekarno, melainkan wajah Soekarno yang sudah menjalar ke seluruh pelosok kepulauan Indonesia. “Untuk itu, aku harus berterima kasih kepada Jepang…,” kata dia. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya