Komnas HAM: Negara Harus Lindungi Kaum LGBT

Komunitas LGBT/Ilustrasi.
Sumber :
  • REUTERS/ Ranu Abhelakh

VIVA.co.id - Fenomena kaum Lesbian, Gay, Biseksual dan Trangender (LGBT) belakangan semakin jadi polemik. Menyoroti hal ini, anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Natalius Pigai, meminta negara untuk segera memberikan perhatian lebih terhadap fenomena yang saat ini menjadi sorotan masyarakat luas.

Natalius berpendapat, kaum LGBT  tak ayalnya seperti kaum-kaum minoritas yang selama ini terkesan tersingkirkan dari kehidupan sosial masyarakat secara umumnya. Maka dari itu, pemerintah pun diharapkan segera menerapkan regulasi terkait, agar bisa melindungi kaum LGBT.

“LGBT itu termasuk rentan. Tidak jauh berbeda dengan kaum difabel. Ini harus mendapatkan dukungan konstitusi nasional," ujar Natalius dalam sebuah diskusi di Warung Daung Jakarta, Sabtu, 20 Februari 2016.

Jika mengacu pada Undang-Undang (UU) dan Pancasila, Natalius menejaskan, pemerintah memang sudah seharusnya menyediakan regulasi khusus untuk melindungi kaum-kaum yang rentan terkena aksi kekerasan tersebut. Apalagi, menurutnya, kaum seperti LGBT dapat diakomodir, jika ada regulasi yang jelas.

“Berdasarkan penelitian, ada setidaknya 89,3 persen kaum-kaum seperti itu mendapatkan kekerasan. Negara wajib melindungi mereka. Mereka itu rentan didiskriminalisiasi,” kata Natalius.

Natalius mengatakan, pemberian akses lapangan pekerjaan yang layak, serta penyediaan fasilitas pendidikan yang cukup dianggap mampu mengakomodir para kaum LGBT. Intinya, kata Natalius, adalah pemberin penghormatan lebih terhadap kaum yang rentan akan diskriminatif tersebut.

“Mereka bekerja di remang-remang, salon dan lain-lain. Ini tidak adil. Negara harus melindungi semua warga negara. Apalagi kaum LGBT itu berada di Indonesia. Berikan penghormatan bagi mereka,” tegas dia.

Lebih lanjut, dia menambahkan bahwa cara tersebut juga dapat meningkatkan motorik anak-anak secara jelas dan efektif. Oleh sebab itu, setiap gerakan yang dilakukan anak sesederhana apapun, sebenarnya merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol otak.

Aktivitas-aktivitas tersebut tak hanya dapat membantu tumbuh kembangnya, tapi juga melatih keterampilan motorik.

"Cara ini juga dapat memberikan momen-momen indah dengan mengetahui pengalaman baru," Natalius. (ase)

'Ngefans', Tahanan di LP Cipinang Siap Jaga Saipul Jamil
 Imdadun Rahmat

Kasus Tragedi 1965 Harus Diselesaikan

Ketua Komnas HAM bicara panjang lebar soal kontroversi Tragedi 1965.

img_title
VIVA.co.id
1 Agustus 2016