Kisah Nenek Sebatang Kara dan Ingkar Janji Bupati

Rodiah (60), hidup sebatangkara di Kampung Sindangsari, Desa Sindangsari, Kecamatan Leuwigoong, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Sumber :
  • Diki Hidayat
VIVA.co.id - Seorang perempuan berusia 60 tahun hidup sebatang kara di Kampung Sindangsari, Desa Sindangsari, Kecamatan Leuwigoong, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Perempuan bernama Rodiah itu tinggal di gubuk reyot ukuran empat kali lima meter dan menggantungkan hidup sehari-hari dari para tetangga yang peduli.
Gara-gara Uang Rp30 Ribu, Tukang Ojek Ini Cekik Istrinya
 
Nenek Rodiah mengaku beruntung meski hidup serba kekurangan. Soalnya gubuk reyotnya pernah disinggahi Bupati dan Wakil Bupati Garut, Rudy Gunawan dan Helmi Budiman, saat mereka berkampanye dalam Pilkada tahun 2013. Saat itu keduanya berjanji membangun gubuk reyot Rodiah menjadi rumah layak huni.
Kepala Desa Dianiaya Polisi, Kantor Polsek Nyaris Dibakar
 
"Itu, kan, janji dulu, sampai sekarang rumah saya masih tidak berubah. Tapi saya bangga ternyata jelek-jelek juga rumah saya pernah diinjak pejabat,” ujar Rodiah ditemui pada Rabu, 2 Maret 2016.
Gempa Garut Juga Terasa Hingga Jakarta
 
Untuk memenuhi kebutuhan hidup, Rodiah dibantu para tetangga. Dia juga berternak ayam kampung di kolong rumahnya. Kondisi fisik yang kurang sempurna memang mengganggu aktivitasnya. Dia selalu menyanggupi jika ada tetangga yang meminta bantuan, yang kemudian dia menerima upah. Uang pemberian tetangga lalu dibelikan beras dan lauk-pauk untuk makan sehari-hari.
 
Kondisi gubuk yang tak layak huni serta bau kotoran ayam dari bawah rumah yang menyengat sudah tak mengganggu aktivitas Rodiah, walau jika ada tamu berkunjung terlihat kurang nyaman. "Kalau ada Pak Lurah atau Pak RT, biasanya tutup hidung, mungkin bau kotoran ayam,” ujarnya sembari tersenyum.
 
Tak banyak yang diharapkan Rodiah, kecuali bisa menghabiskan sisa usianya. Kalau pun ada yang peduli, Rodiah hanya berkeinginan memperbaiki gubuknya agar layak huni sesuai standar kesehatan. Dia mengaku akan sangat bersyukur andai ada yang bersedia membantu memperbaiki rumahnya. Tapi kalau pun tak ada yang membantu, dia pasrah saja karena memang sudah terbiasa hidup seperti itu.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya