Hari Perempuan Internasional Diharap Jadi Cambuk Pemerintah

Ilustrasi buruh pabrik tekstil
Sumber :
  • dailymail.co.uk

VIVA.co.id - Peringatan Hari Perempuan Internasional pada 8 Maret 2016 diharapkan akan menjadi cambuk bagi pemerintah. Sebab, ketimpangan perempuan masih terjadi dan hak asasi manusia bagi perempuan pun seperti terombang-ambing di tengah pergolakan zaman. 

Direktur Lingkaran Pendidikan Alternatif untuk Perempuan (Kapal) Misiah mengatakan. hal ini tercermin dalam banyaknya kasus pelanggaran hak pekerja rumah tangga (PRT) yang terjadi, baik di dalam dan luar negeri. 
 
"Ditambah dengan adanya perdagangan perempuan, serta kejahatan seksual terhadap perempuan dan anak terus terjadi," ujar Misiah, dalam diskusi Hari Perempuan Internasional di Kedai Tjikini, Jakarta, Minggu, 6 Maret 2016. 
 
Dia menjelaskan, budaya yang semakin mengungkung perempuan terus terjadi dan semakin marak. Misalnya, kata dia, adalah perkawinan anak di Indonesia tetap tinggi yang hampir mencapai 50 persen.
 
"Pemerintah dan parlemen telah abai terhadap upaya perlindungan perempuan," kata dia. 
Mengenalkan Isu Gender pada Anak sejak Dini
 
Menurutnya, perlindungan hukum dan arah pembangunan merupakan penyebab utama kegagalan dalam memenuhi hak-hak rakyat, terutama untuk perempuan.
Cara Baru Rampingkan Miss V
 
"Untuk buruh perempuan misalnya, kekerasan dan kejahatan seksual terus terjadi. Apalagi, bagi PRT migran di luar negeri, itu sudah menyerupai praktek perbudakan," tegas dia.
PDIP: Ibu sebagai Fundamen Peradaban Bangsa
Menteri PPPA Yohana Susana Yembise berbincang dengan tersangka kasus eksploitasi anak usai melakukan jumpa pers di Polres Jakarta Selatan, Jakarta, Minggu (27/3/2016).

Menteri Yohana: Banyak yang Anggap Isu Anak Hal Biasa

"Implementasi hukum sangat lemah."

img_title
VIVA.co.id
27 Maret 2016