Pasca Kebakaran, Pasar Limbangan Garut Lumpuh

Suasana gedung baru Pasar Limbangan, Garut, Jawa Barat
Sumber :

VIVA.co.id – Kebakaran di Tempat Penampungan Sementara (TPS) pedagang Pasar Limbangan di lapangan Pasopati, Desa Limbangan Tengah, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Rabu 18 Mei 2016 kemarin, membuat roda perekonomian pasar lumpuh total.

Cegah Corona, 500 Alat Semprot Disinfektan Elektrik Dibagikan di Garut

Pada Kamis, 19 Mei 2016, di pasar tidak ada satupun pedagang yang melaksanakan aktivitas jual beli. "Memang sejak tadi pagi beberapa warga pasar korban kebakaran berjaga-jaga di sekitar bangunan Pasar Limbangan yang baru, untuk mencegah supaya penghuni bangunan Pasar Limbangan baru tak berjualan," ucap Siti Saadah, seorang pedagang warung dari Kampung Majasari, Kecamatan Cibiuk, Garut, Kamis 19 Mei 2016.

Warga masyarakat maupun para pedagang di perkampungan terpaksa kembali tak membawa barang jualan, karena tak satupun kios pasar pada bangunan Baru Pasar Limbangan yang buka.

Jumlah ODP Corona di Kabupaten Garut Bertambah 4 Orang

"Terpaksa kami balik lagi, mau belanja kemana lagi juga bingung," keluh Siti.

Sementara pasar yang dianggap paling dekat adalah Pasar Leuwigoong. Namun sayang, lokasinya dinilai terlalu jauh dan kebutuhan warga kurang tersedia secara lengkap di pasar itu. 

Anggota DPRD Garut 'Terciduk' Main Game saat Rapat Paripurna

"Mudah-mudahan besok Pasar Limbangan sudah buka lagi," ucap Ecin Kuraesin, pemilik warung di Cigawir, Kecamatan Selaawi, Garut.

Menurut Unyang, seorang pedagang daging ayam dan korban kebakaran Pasar Limbangan, menyatakan pihaknya memutuskan tidak berjualan sebagai bentuk protes dan prihatin atas musibah kebakaran yang melanda 900 lebih kios Pasar Limbangan.

"Kami sepakat melarang seluruh pedagang untuk tidak berjualan, mereka yang menempati lokasi baru juga harus ikut merasakan. Jangan sampai kami yang menderita, mereka enak-enakan mencari keuntungan," katanya.

Pedagang pun mengkritik sikap Pemerintah Kabupaten Garut, yang dinilai tak memiliki empati kepada warga pasar yang menjadi korban. Bahkan, pemerintah terkesan diuntungkan dengan adanya bencana ini, karena memudahkan warga pasar yang menempati TPS di lapangan Pasopati bisa segera menempati bangunan baru Pasar Limbangan.

"Terus terang persoalan warga pasar dengan pihak pengembang bangunan baru Pasar Limbangan belum sepakat, kewajiban kami yang harus dipenuhi sangat memberatkan," aku Unyang.

Pemulung Ambil Untung

Di balik musibah yang dialami ratusan warga pedagang Pasar Limbangan Garut, muncul pemulung dadakan yang sejak pagi tadi terus berdatangan ke lokasi. Warga Desa Limbangan Tengah ramai-ramai menjadi pemulung dadakan, an memanfaatkan sisa reruntuhan bangunan seperti besi, puing dan botol bekas sisa kebakaran untuk dijual.

http://media.viva.co.id/thumbs2/2016/05/19/573d6af6b1e3b-pemulung-mengais-di-lokasi-kebakaran-tps-pedagang-pasar-limbangan_663_382.jpg

Salah satu pemulung yang masih berusia sekolah, Dian (12), mengaku bisa menghasilkan beberapa kilogram barang rongsokan diantara puing sisa kebakaran. Hasil ini mendorong dia dan rekan-rekan lain sesama pemulung untuk terus mencari beragam barang. Padahal, sekitar lokasi bekas kebakaran itu dipasangi garis polisi, tanda tak ada warga yang boleh melintas.

"Ya, lumayan pak, dapat besi, almunium dan plastik, hasilnya dijual," ujarnya usai memulung.

Meskipun hasilnya tak seberapa, tetapi bisa untuk menambah uang jajannya. "Lumayan pak, walaupun sedikit bisa menambah uang jajan, " ungkap Dian.

Hal serupa diungkapkan, Sukaesih (45), dia bersama anak dan suaminya sejak pagi sudah berada disekitar puing kebakaran, mengais barang sisa. 

"Allhamdulilah sangat banyak besi dan paku yang sudah tidak terpakai, penghasilan ini akan dipergunakan untuk sehari-hari keluarga," ucapnya.

Sebelumnya, . Ratusan pedagang tak bisa menyelamatkan barang dari dalam kios mereka, karena sedang tidak dalam lokasi.

Korban kebakaran pun sempat menutup akses jalan utama Selatan Jawa Barat, Bandung-Tasikmalaya via Limbangan Garut. Pemblokiran jalan ini dilakukan sebagai bentuk protes mereka, karena menganggap ada unsur kesengajaan. Kecurigaan ini timbul karena lokasi pasar sementara ini adalah TPS pedagang yang masih bersengketa dengan pengembang gedung baru Pasar Limbangan.

(ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya