- Anwar Sadat
VIVA.co.id - Penyidik Badan Narkotika Nasional (BNN) memintai keterangan mantan Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Nusakambangan pada 2014, Liberty Sitinjak, Senin pagi, 8 Agustus 2016.
Nama Sitinjak disebut dalam tulisan Koordinator KontraS, Harris Azhar, masuk ke lapas agar dapat bertemu dengan Freddy Budiman, John Kei dan Rodrigo Gularte.
Sekitar pukul 09.20 WIB, Sitinjak tiba di kantor BNN, Cawang, Jakarta Timur, dan didampingi oleh Kepala Bagian Humas BNN, Kombes (Pol) Slamet Pribadi. Begitu tiba di BNN, tak banyak kata yang diucapkannya.
Kalapas yang saat ini bertugas di NTT itu hanya mengatakan kedatangannya untuk penyidikan yang dilakukan BNN. Dia mengenakan baju putih berlengan panjang.
Menurutnya, kedatangannya untuk membantu BNN untuk menyelidiki peredaran narkoba yang melibatkan petugas BNN dan anggota TNI berpangkat jenderal bintang dua.
"Kedatangan saya ingin membantu BNN dalam masalah penyelidikan," katanya di kantor BNN, Senin, 8 Agustus 2016.
Sitinjak tidak bersedia memberikan keterangan lebih jelas terkait kedatangannya di BNN ini. Dia kemudian masuk ke salah satu ruangan di gedung BNN.
"Saya tidak mau mengulang, takut tidak sama," katanya.
Dalam tulisan Haris Azhar, nasib Sitinjak dianggap malang, di tengah kerja kerasnya membangun integritas penjara yang dipimpinnya, termasuk memasang dua kamera selama 24 jam memonitor Freddy Budiman.
Tapi, dia justru pernah beberapa kali diminta pejabat BNN yang sering berkunjung ke Nusakambangan, agar mencabut dua kamera yang mengawasi Freddy tersebut.
Dalam tulisannya, Haris menganggap apa yang terjadi itu sungguh aneh. Hingga muncul pertanyaan, kenapa pihak BNN berkeberatan adanya kamera yang mengawasi Freddy. Karena status Freddy Budiman sebagai penjahat kelas “kakap” justru harus diawasi secara ketat.
Kesaksian Eks Kalapas Nusakambangan Terkait Testimoni Freddy
Mulai dari pencopotan CCTV sampai pertemuan dengan Haris Azhar.
