Elektabilitas Djarot-Edy Rendah, Publik Sumut Masih Ragu

Cagub Sumatra Utara Edy Rahmayadi (kanan) dan Djarot Saiful Hidayat (kiri)
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi

VIVA – Lembaga Survei Stratak Indonesia, melakukan riset publik di Provinsi Sumatera Utara, terkait prediksi pemenang antara Djarot Saiful Hidayat melawan Edy Rahmayadi. Dari hasil riset diketahui, masih banyak suara pemilih yang ragu dan belum memutuskan pilihannya.

Gibran soal Bobby Nasution Diblacklist PDIP di Pilkada Sumut: Tenang Aja

Riset survei dilakukan Stratak Indonesia, sejak tanggal 11 sampai 18 Maret 2018. Riset menunjukkan kemungkinan terjadinya kembali kejadian pada Pilkada Sumut 2013 lalu, yakni tingkat partisipasi ada di bawah 50 persen.

Direktur eksekutif Lembaga Survei Stratak Indonesia, Octarina Soebardjo mengatakan, temuan penting yang mengindikasikan kemungkinan rendahnya partisipasi tersebut, yakni popularitas figur yang ikut dalam pilkada belum ada yang mencapai angka ideal 95 persen plus.

Diberi Mandat Golkar Maju di Pilgub Sumut, Bobby Nasution Belum Ketemu Ijeck

Capaian popularitas Edy Rahmayadi sebesar 73,50 persen disusul Djarot Syaiful Hidayat 70,10 persen, lalu Musa Rajekshah 47,22 persen, dan terakhir Sihar Sitorus 25,40 persen.

“Jika popularitas masih ada di kisaran 70-an persen, berarti secara sederhana bisa dianalogikan dari 10 orang Sumut hanya tujuh yang tahu sama calon. Lalu, dari tujuh yang tahu itu, berapa yang akan nyoblos,” ujar Octarina di Jakarta, Rabu 28 Maret 2018.

Prabowo Dukung Bobby Nasution Maju di Pilgub Sumut: Kita Butuh Jagoan!

Cagub dan Cawagub Sumatera Utara, Djarot Saiful Hidayat (kanan) dan Sihar Sitorus (kanan)

Karena posisi popularitas yang masih rendah, padahal masa mencoblos tinggal 90 hari, maka dapat dimaklumi jika elektabilitas paslon angkanya masih rendah. Bahkan, jauh lebih banyak yang belum memutuskan atau undevided voters yakni 53,35 persen pada pertanyaan terbuka (top mind) dan 38,38 persen pada pertanyaan tertutup.

Oktarina menyampaikan, pentingnya para pihak melakukan sosialisasi dan membuka jalan bagi peningkatan partisipasi pemilih.

"Jika tidak dilakukan upaya sungguh-sungguh dari penyelenggara pemilu dan para pemangku kepentingan termasuk paslon peserta pilkada dan parpol pengusung pendukung, bisa jadi rendahnya partisipasi di Pilkada Sumut 2013 akan terulang," katanya.

Menurutnya, salah satu penyebab rendahnya partisiaspi di Pilkada Sumut 2013 lalu adalah para calon tidak memiliki daya tarik politik yang tinggi, sehingga gagal menyita perhatian masyarakat selama masa kampanye.

“Kalau tidak menarik, mana ada orang tertarik. Ibarat makan, orang sudah tidak selera. Jadi penyelenggara tidak bisa tidak, harus kreatif. Itu kalau mau partisipasi di Pilkada Sumut naik,” ujarnya.

Baca: Elektabilitas Djarot Cuma Unggul Tipis dari Edy Rahmayadi

Dalam surveinya, Stratak Indonesia menggunakan metode multistage random sampling. Jumlah sampel yang sebanyak 820, dengan margin of error sebesar ± 3,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Responden terpilih diwawancarai secara tatap muka oleh pewawancara yang telah terlatih. Satu pewawancara bertugas untuk satu kelurahan atau desa yang terdiri hanya 10 responden. Quality control secara random sebanyak 20 persen dari total sampel dilakukan oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check).

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya