- VIVA/Nur Faishal
VIVA – Kemenangan Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak dalam Pemilihan Gubernur Jawa Timur berdampak positif secara politik pada Muslimat Nahdlatul Ulama. Organisasi ibu-ibu NU itu dinilai solid dan memiliki kekuatan politik signifikan dalam pemenangan Khofifah.
Muslimat kemudian dianggap sebagai organisasi yang efektif dan efisien sebagai basis dukungan untuk pemilu tahun 2019. Bagi Fandi Utomo, bekas politikus Partai Demokrat, kemenangan Khofifah adalah langkah awal menuju Jatim yang maju, sejahtera, makmur dan berkeadilan.
Menurut Fandi, para ibu Muslimat NU memiliki andil besar mengantarkan Khofifah-Emil menang. Dia berharap mereka tidak lelah mendukung tujuan utama dari kemenangan politik itu dan mengawalnya. Untuk tujuan besar, Fandi juga meminta doa dan dukungan dalam pencalegan pada pemilu legislatif 2019. Dia mencalonkan anggota legislatif (caleg) melalui Partai Kebangkitan Bangsa.
"Alasannya, karena saat itu ibu saya senang saya berkhidmat di PKB, karena bisa bertemu dan bergaul dengan para kiai dan bu nyai. Insya Allah dengan senangnya ibu saya ini adalah rida bagi saya untuk terus berjuang bersama PKB," ujarnya
Ketua Muslimat NU Surabaya, Lilik Fadhilah, mengatakan dalam politik antara Muslimat dan partai politik ibarat ikan dengan air. Artinya, saling membutuhkan. "Mau ke PPP monggo (silakan); mau ke PKB juga monggo. Kalau di luar itu, dipikir-pikir dulu sing penting mboten adoh-adoh (dipertimbangkan dahulu yang penting tidak jauh dari NU)," katanya.
Bekas Demokrat
Fandi Utomo ialah bekas politikus Partai Demokrat. Pria kelahiran Mojokerto anak mantan gubernur Jawa Timur, Imam Utomo, itu terpilih sebagai anggota DPR RI periode 2014-2019 dari Partai Demokrat mewakili daerah pemilihan Jawa Timur I (Surabaya dan Sidoarjo).
Fandi diberhentikan oleh Mahkamah Partai Demokrat pada April 2018. Alasan pemberhentiannya karena dia mencalonkan wali kota Surabaya pada 2010--meski kalah--dari partai lain. (ren)