Budiman Sudjatmiko Sebut Predikat Ulama Tidak Bisa Dibeli

Politikus PDIP Budiman Sudjatmiko di Posko Rumah Cemara, Jakarta, pada Rabu, 19 September 2018.
Sumber :
  • VIVA/Eduward Ambarita

VIVA – Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Budiman Sudjatmiko, mengkritik predikat ulama yang disematkan Partai Keadilan Sejahtera kepada calon wakil presiden Sandiaga Salahuddin Uno.

Kiamat Masih Jauh Selama Masih Ada 3 Hewan Ini, Kata Gus Baha

Calon pemimpin, katanya, memang harus menawarkan gagasan kepada rakyat. Tetapi, itu saja tak cukup karena calon pemimpin juga haruslah sosok muncul dari sebuah proses.

"Artinya, mereka yang mendadak ulama segala macam, tidak bisa. Segala hal yang diperjuangkan dengan darah dan keringat tidak bisa dibeli dengan segepok uang atau segepok sertifikat," kata Budiman di Posko Rumah Cemara, Jakarta, pada Rabu, 19 September 2018.

Prabowo Akui Dekat NU Sejak Prajurit Muda: Kalau Orang Menghadapi Maut yang Dicari Kiai

Mantan ketua umum Partai Rakyat Demokratik itu mencontohkan proses panjang yang dijalani Joko Widodo: dimulai sebagai pengusaha, terpilih menjadi wali kota selama dua periode, menjabat gubernur hingga menjadi presiden.

Begitu pula dengan Ma'ruf Amin, calon wakil presiden pendamping Jokowi. Ma'ruf, katanya, pernah berkarier dalam bidang politik tetapi akhirnya menekuni dunia keilmuan Islam hingga dipercaya menjadi ketua umum Majelis Ulama Indonesia dan Rais Aam (pemimpin tertinggi) Nahdlatul Ulama.

Geger Seorang Ulama Pesohor Kritik Nabi Muhammad

"Kalau kita ingin berhasil, belajar dari orang-orang yang berproses ini. Mari kita tinggalkan yang instan hanya untuk kemenangan instan," ujarnya.

Mencuri otoritas

Budiman mengkritik pernyataan Hidayat Nur Wahid tentang penjelasan pengertian ulama yang lalu disematkannya kepada Sandiaga Uno. Dia menganggap itu sebagai mencuri otoritas.

Ulama, dia berpendapat, ialah seorang yang berproses belajar ilmu agama, berdiri sebagai imam dan mengamalkan ilmunya kepada umat. Ia tak melihat cap ulama pada diri Sandiaga yang banyak menghabiskan hidupnya menjadi seorang pengusaha.

"Kita harus mulai berdasarkan fakta dan data. Berhenti bermain sentimen yang berdasarkan fitnah," katanya.

Ulama menurut PKS

Polemik predikat ulama untuk Sandiaga itu mula-mula diungkapkan Hidayat Nur Wahid, wakil ketua Dewan Majelis Syuro PKS. Hidayat, menyitir pengertian ulama menurut Alquran, serta-merta menyebut Sandiaga layak digelari itu.

Jika merujuk pada Alquran surat Al Fathir dan As Syu'ara, kata Hidayat, definisi ulama adalah seorang yang paham akan ilmu pengetahuan atau sains. Ulama, dia berargumentasi, tidak berkaitan dengan kapasitas seseorang yang ahli dalam keilmuan Islam.

"Kedua-duanya justru ulama itu tidak terkait dengan keahlian ilmu agama Islam. Satu tentang ilmu sejarah, yaitu dalam surat As Syu'ara, dan surat Al Fathir itu justru science; scientist," katanya kepada wartawan di kompleks Parlemen, Jakarta, pada Senin, 17 September 2018.

Jadi, menurut Hidayat sesuai pengertian itu, "Pak Sandi (Sandiaga Uno) itu, ya, ulama, dari kacamata tadi".

Kriteria lain, kata Hidayat, Sandiaga ialah seorang muslim yang taat menjalankan ajaran Islam, di antaranya salat wajib lima waktu dalam sehari, salat sunah duha maupun tahajud, rajin bersilaturahmi, menghormati orang tua, berakhlak mulia, dan bahkan berbisnis dengan baik. "Itu juga satu pendekatan yang sangat ulama," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya