Suarakan Pemilu Damai, Gerakan Muda Inklusif Gelar Refleksi di 7 Kota

Gerakan Muda Inklusif (Masif), Koordinator Nasional Abdul Musawir Yahya
Sumber :
  • Istimewa

Jakarta – Memasuki tahun politik pada Pemilu 2024, ratusan anak muda yang tergabung dalam Muda Inklusif atau Masif, melakukan refleksi Kemerdekaan RI ke-78.

Surya Paloh Sambut Baik PKS Jika Ikut Merapat ke Koalisi Prabowo-Gibran

Selain bertepatan dengan HUT RI ke-78, juga dalam rangka refleksi pemilu damai. Refleksi dilakukan pada Rabu dini hari 16 Agustus 2023 di 7 kota. Yakni Malang, Yogyakarta, Padang, Banjarmasin, Denpasar, dan Bengkulu.

"Mulanya refleksi dilakukan di lima kota, tapi pada malam hari kemarin, beberapa anak muda di Denpasar dan Bengkulu menyatakan keinginan bergabung dalam gerakan ini. Semua didasarkan spirit yang sama, Rengasdengklok,” kata Koordinator Nasional Masif, Abdul Musawir Yahya, dalam keterangannya, Rabu 16 Agustus 2023.

Anies Puji Konsistensi PKS Jadi Oposisi di Depan Surya Paloh dan Cak Imin

Gerakan Muda Inklusif (Masif) Gelar Refleksi di 7 Kota Untuk Pemilu Damai

Photo :
  • Istimewa

Dalam sejarahnya, peristiwa penculikan terhadap Bung Karno dan Bung Hatta oleh anak-anak muda ke Rengasdengklok tahun 1945 untuk menuntut keduanya memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, menjadi spirit. Jelas Abdul, peristiwa yang dipelopori Sukarni dan kawan-kawan itu, setidaknya memberi warna pada peran anak muda.

Apakah Sekolah Masih Penting? Apakah Generasi Muda Harus Memiliki Cita-Cita?

”Saat ini perjuangannya adalah mengisi kemerdekaan. Apabila golongan tua dianggap gagal atau belum sukses, maka saatnya memberikan ruang lebih kepada generasi muda,” jelasnya.

Untuk di Jakarta, refleksi dilakukan di Menteng Jakarta Pusat. Begitu pula di beberapa daerah seperti di Malang, Yogyakarta, Padang, Banjarmasin, Denpasar, dan Bengkulu.

Tepat pada pukul 00.00 WIB untuk Jakarta, Malang, Yogyakarta, Bengkulu, dan Padang, refleksi dimulai. Sedangkan untuk daerah Banjarmasin dan Denpasar, memulai sejam lebih dulu karena adanya perbedaan waktu.

Di Malang, wakil koordinator nasional Masif, Baikuni Alshafa, memimpin refleksi didampingi koordinator wilayah Masif Jawa Timur, Wilda Kumala Sari.

”Generasi muda memang harus berani mengambil peran. Kalau perlu merebutnya,” ujar Alsha, sapaan Baikuni Alshafa.

Setelah itu, Wilda membacakan 3 poin refleksi. Pertama, pesan kepada pemerintah saat ini untuk lebih fokus menyelesaikan pengentasan problem ekonomi, lingkungan hidup, dan kualitas demokrasi.

"Pesan kami yang kedua agar kontestan Pemilu 2024, baik itu partai politik atau capres dan cawapres agar mengedepankan politik nilai. Hindari politik uang. Penting juga kiranya untuk meminimalisir perpecahan karena politik identitas,” kata Wilda.

Ketiga, lanjut mahasiswa pasca sarjana UGM itu, pesan juga disampaikan kepada penyelenggara Pemilu 2024. 

”Jaga agar pemilu damai. Itu dimulai dengan netralitas penyelenggara. Mereka perlu juga menjaga demokrasi yang berkeadaban,” terang Wilda. 

Di Yogyakarta, dipusatkan di Tamantirto, Bantul, yang mengambil tema 'Menangkap Api Rengasdengklok'. 

”Di hadapan kita, sebentar lagi Pemilu 2024. Momentum ini hendaknya dijadikan sebagai ijtihad bagi seluruh elemen bangsa untuk meraih kemerdekaan yang sesungguhnya. Pemerintah dan para penyelenggara pemilu hendaknya menjalankan pemilu dengan bersih dan bermartabat, damai, dan tenteram,” kata Daus.

Di Banjarmasin, belasan anak muda melakukan refleksi di Jalan A.Yani km 4,5, Kompleks Manunggal. Dalam diskusi mereka, ada tiga tuntutan yang sama seperti enam kota lainnya. 

”Bagi kami, anak muda pantang dipinggirkan dari persoalan-persoalan kebangsaan,” ujar Faridha Kautsariyah Noor Kusuma, koordinator wilayah Masif Kalimantan Selatan.

Sementara di Padang Sumatera Barat, kegiatan berlangsung di Sungai Bangek, Koto Tangah. Koordinator wilayah Masif Sumatera Barat, Rahmat Hanafi, yang memimpin. Pesertanya datang dari berbagai elemen di Padang.

”Anak muda harus peduli akan persoalan kebangsaan. Tidak boleh berpangku tangan. Perlu juga mendorong agar para politisi senior di negeri ini, memberikan ruang lebih kepada mereka yang lebih muda,” terang Rahmat.

Di Denpasar, sama halnya dengan Banjarmasin, mereka lebih dulu sejam dalam melakukan aksi karena mengikuti waktu Indonesia tengah (Wita). 

”Peran generasi muda sudah dilakukan sejak era kemerdekaan. Kini, kami mewarisi gerakan dan semangat itu,” ujar Ferry Firmansyah, Koordinator wilayah Masif Bali.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya