"Ibukota Tak Pindah, Rusuh 98 Bisa Terulang"

Jumlah kendaraan meningkat membuat Jakarta macet
Sumber :
  • VIVAnews/Maryadie

VIVAnews - Pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Andrinof Chaniago, menyatakan pemindahan Ibukota ke luar Pulau Jawa mendekati titik urgensi. Menurutnya, Jakarta berpotensi mengalami ledakan sosial dalam rentang 20 tahun yang akan datang.

"Kalau tidak ada keputusan politik untuk pindah, kita mungkin menghadapi ledakan sosial seperti Mei 1998," kata Andrinof dalam jumpa pers di sebuah restoran di Jakarta, Kamis 29 Juli 2010.

Ledakan sosial itu, kata anggota Visi Indonesia 2033 itu, karena menajamnya kesenjangan sosial di Jakarta. Kelas menengah ke bawah yang tak bisa mengakses perumahan murah di tengah kota terpaksa mendiami perumahan kumuh atau tinggal di luar kota. Ketika tinggal di luar kota, muncul beban transportasi karena lapangan pekerjaan hanya tersedia di tengah kota.

Saat yang sama, pemerintah tidak memberikan pelayanan transportasi massal, cepat dan murah sehingga beban untuk warga menengah ke bawah semakin besar. "Muncullah cost of poverty," kata Tata Mutasya, ekonom lulusan Universitas Indonesia dalam jumpa pers bersama Andrinof. "Yaitu orang miskin membayar lebih mahal," kata Tata yang mendapatkan master di bidang ekonomi dari sebuah universitas di Turin, Italia, itu.

Maksudnya membayar lebih mahal adalah, orang-orang kalangan menengah atas yang bisa tinggal di dalam kota tak membutuhkan biaya banyak untuk tiba di tempat kerja. Sementara, kalangan menengah bawah harus berjibaku dengan kemacetan namun juga dengan biaya yang lebih banyak untuk sampai ke tempat kerja.

Jadinya apa? "Satu dari sepuluh orang di Jakarta ini bisa dikatakan mengidap gangguan jiwa ringan," kata Andrinof. Kemudian delapan dari sepuluhnya mengalami stres. Kemudian angka kriminalitas menaik karena perbedaan pendapatan yang semakin tajam.

"Jelas, mempertahankan Jakarta sebagai Ibukota sampai beberapa tahun ke depan sangat berbahaya, karena segregasi semakin menajam," katanya. (hs)

'Wassalam' kalau PDIP dan PKS Juga Gabung Koalisi Prabowo, Menurut Peneliti BRIN
Tewasnya anak di Palestina

Gelombang Panas di Gaza, 2 Anak Palestina Dinyatakan Tewas

Badan pengungsi PBB UNRWA, pada Minggu, 28 April 2024 mengungkapkan setidaknya dua anak Palestina kehilangan nyawa akibat gelombang panas di Jalur Gaza belakangan ini.

img_title
VIVA.co.id
29 April 2024