Sumber :
- ANTARA FOTO/Andika Wahyu
VIVA.co.id
- Guru Besar Universitas Pertahanan, Salim Said, menilai Presiden Joko Widodo lemah di hadapan partai-partai pendukungnya. Menurutnya, jika hubungan antara Jokowi dengan partai-partai pendukungnya dilihat dari segi bisnis, Jokowi tidak menguasai partai dan berada dalam posisi yang lemah.
"Ini persoalan sistem, bukan mental. Ini soal sistem karena sistem kita
hybrid
, tidak jelas. Sistem kita resminya presidensial, kenyataannya di DPR itu parlementaris," ujar Salim dalam sebuah diskusi di Jakarta Pusat, Sabtu, 28 Februari 2015.
Ia menjelaskan, dalam keadaan seperti ini, seseorang yang sangat populer seperti Jokowi berada dalam posisi berutang kekuasaan di dalam DPR. Maka Salim menganalogikan presiden dalam tekanan para penagih utang (debt collector).
"Karena ini transaksi maka yang terjadi kalau kita mau melihat dengan cara analisa bisnis, interelasi dalam transaksi, maka Jokowi itu adalah debitur. Yang ngutangi dia kreditur. Jadi kalau yang ngutangi dia punya kepentingan politik kepada presiden yang dia utangi itu, maka dia bertindak sebagai
debt collector
," kata Salim.
"Jadi yang dihadapi Jokowi sekarang, tekanan-tekanan yang dihadapi adalah tekanan-tekanan debt collector," lanjut mantan Duta Besar RI untuk Republik Ceko itu.
Menurut Salim, kondisi ini terjadi bukan salah Jokowi, tetapi karena sistem yang salah. Dia menganalogikan hal yang sama pada penghujung akhir kekuasaan Orde Baru.
Baca Juga :
Mukernas Rampung, PPP Djan Faridz Dukung Jokowi
Baca Juga :
Ini Saran KPK ke Pemerintah Terkait Hambalang
![vivamore="
Baca Juga
:"]
[/vivamore]
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
![vivamore="