Ridwan Kamil: Jakarta Incaran Utama Panggung Politik

Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil bersama Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama.
Sumber :
  • Instagram @ridwankamil

VIVA.co.id – Wali Kota Bandung Ridwan Kamil memastikan diri tidak mengikuti pemilihan kepala daerah di DKI Jakarta pada tahun 2017.

Maju di Pilgub Jabar, Ridwan Kamil: Masih 50-50

Pria yang sempat digadang-gadang akan melawan Gubernur DKI Jakarta Basuki Thahaja Purnama atau Ahok ini memilih mengabdi di Bandung Jawa Barat hingga 2018, sesuai masa jabatannya.

Dalam pernyataannya di laman jejaring sosial Facebook, Wali Kota yang akrab disapa Kang Emil ini menuliskan panjang lebar soal alasannya menolak tawaran di kursi Jakarta.

Intip Instagram Ahok dan Ridwan Kamil yang Lucu Abis

Emil tak menampik jabatan Gubernur DKI Jakarta memang menggiurkan. Ia pun mencontohkan sejumlah orang seperti Presiden Joko Widodo yang memilih hengkang dari Surakarta. Lalu, Ahok yang juga mundur dari DPR untuk duduk sebagai Gubernur. Termasuk juga Gubernur Sumatera Selatan Alex Noordin yang kemudian kalah dan kembali lagi jadi Gubernur Sumatera Selatan.

“Sedemikian besarnya magnet Jakarta sebagai kepusatan atas banyak hal, tidaklah heran jika menjadi Gubernur Jakarta menjadi incaran utama panggung politik. Pak Jokowi mundur dari Solo untuk menjadi Gubernur Jakarta tahun 2012 yang kemudian menjadi Presiden Republik Indonesia di tahun 2014. Pak Ahok mundur dari anggota DPR untuk berpasangan dengan Pak Jokowi. Pak Alex Nurdin mundur sebagai Gubernur Sumsel, dan balik lagi ketika kalah. Tahun depan pak Ahok pun bersiap untuk pemilihan berikutnya. Dan karena satu dan lain hal, tawaran dan kesempatan itu pun datang kepada saya.”

Sandiaga Uno Berharap Ahok Jadi Menteri

"Memenangkan pemilihan Gubernur Jakarta 2017 bukan hal yang mustahil. Saya dulu memulai pemilihan di Bandung dengan 6% sebagai ’nobody’, sementara incumbent sudah 30%. Dan akhirnya menang 45% dengan determinasi dan strategi kreatif ini itu. Dari survey terakhir di Jakarta yang masuk ke saya, popularitas sudah 60% dan elektabilitas 20%. Dan ini pun, dengan saya tidak melakukan apa-apa. Belum bergerak," tulis Emil seperti dikutip di laman Facebooknya, Senin, 29 Februari 2016.

"Masalah batin saya hanya satu. Saya belum selesai menunaikan tugas sebagai Walikota Bandung. Andai pilkada di Indonesia ini bisa serempak awal dan akhirnya, tentu tidak akan ada dilema seperti ini. Jika pilkada bisa serempak semua, tidak akan ada stigma pemimpin kutu loncat bagi mereka yang ingin mengabdi ke jenjang lebih tinggi. Dan jika mengikuti hawa nafsu dan hitungan matematika pilkada, pastilah saya tidak banyak berpikir panjang. Namun hidup tidaklah harus selalu begitu. Saya ingin bahagia tanpa mencederai. Saya ingin menang tanpa melukai."

Di atas segalanya tersebut, Emil menegaskan hal yang paling prinsip dari penolakannya tersebut. Salah satunya adalah, ia ingin membongkar anggapan bahwa Indonesia bukan cuma Jakarta.

Emil menginginkan bahwa Indonesia maju dengan meratanya pemimpin daerah yang baik. "Indonesia tidak hanya Jakarta. Mitos pusat segalanya itu harus dibongkar. Saya yakin Indonesia bisa maju jika di daerah juga dipimpin orang-orang terpercaya dan progresif secara merata. Indonesia bisa hebat dengan kepemimpinan orang-orang hebat seperti Ibu Risma di Surabaya atau Prof. Nurdin Abdullah di Bantaeng."

Namun demikian, dari penjelasan panjang lebar itu, Emil tetap menyiratkan ia akan tetap bisa bersaing untuk duduk di kursi Gubernur Jakarta. Ini tertulis dalam penutup penjelasannya, "Saya mungkin bisa ke Jakarta, tapi tidak sekarang. Saya masih ingin menyelesaikan mimpi-mimpi besar di di Bandung, ibukota solidaritas Asia Afrika dan kota desain Unesco ini. Insya Allah banyak hal di Bandung akan menginspirasi Indonesia dan dunia. Oleh karena itu saya memutuskan dengan akal sehat dan jernih hati untuk tidak maju sebagai calon Gubernur Jakarta 2017."

"Mohon maaf lahir batin jika keputusan ini mengecewakan semua pihak yang sudah bersemangat menyampaikan aspirasi agar saya maju ke Jakarta di tahun 2017. Insya Allah semua indah pada waktunya." (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya