Inflasi 2018 Rendah, BI: Dunia Usaha Mulai Reinvestasi

sorot non tunai - bank indonesia - bi
Sumber :
  • REUTERS/Iqro Rinaldi

VIVA – Bank Indonesia mencatat, berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap dunia usaha terkait laju inflasi Indonesia pada 2018, rata-rata perkirakan inflasi akan berada di kisaran 3,44 persen.

Sunra Bangun Pabrik Motor Listrik Senilai US$120 Juta, Kemenperin: Iklim Investasi RI Makin Kondusif

Direktur Eksekutif Departemen Statistik Bank Indonesia, Yati Kurniati menjelaskan, survei ini dilakukan terhadap 3.200 responden dari pelaku usaha, dengan skala omzet pertahunnya sebesar Rp2,5 miliar dan minimal jumlah tenaga kerja sebanyak 20 orang.

"Secara rata-rata, dunia usaha memperkirakan inflasi pada 2018 sebesar 3,44 persen secara year-on-year. Perkiraan tersebut masih berada dalam rentang sasaran inflasi 2018 sebesar 3,5 persen plus minus 1 persen," ujar dia di Gedung Bank Indonesia, Kamis 12 April 2018.

Soal Heboh Kasus Nasabah Vs BTN, Begini Kata Pengamat

Yati menjelaskan, berdasarkan sektor ekonomi, perkiraan tingkat inflasi paling tinggi ditunjukkan oleh responden di sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan dengan rata-rata sebesar 3,51 persen.

Sementara perkiraan inflasi paling rendah ditunjukkan oleh responden ada di sektor listrik, gas dan air bersih dengan rata-rata mencapai sebesar 3,32 persen.

Ekonomi RI Kuartal I-2024 Diproyeksi Tumbuh 5,15 Persen, Pemilu hingga Ramadhan Jadi Pendorong

Selain itu, Yati juga mengatakan, dari sisi keinginan untuk melakukan ekspansi usaha, dunia usaha rata-rata mengatakan akan siap melakukan ekspansi usaha pada kuartal II-2018.

"Iya karena dunia usaha sendiri, kesempatan setelah tahun lalu masa konsolidasi mereka, kemudian kuartal I-2018 sudah mulai siap-siap beberapa mulai meningkatkan produksi, dan kuartal II momentum Ramadan dan Lebaran dimanfaatkan untuk memulai kegiatan produksi dan beberapa mereka sudah menyatakan akan melakukan ekspansi investasi," ujarnya

Dengan begitu, kata dia, dunia usaha pada periode tersebut akan mulai melakukan perluasan maupun penambahan gudang serta pembelian alat atau mesin-mesin baru. Dengan artian tidak lagi melakukan investasi untuk pemeliharaan atau perawatan alat dan mesin-mesin usahanya sebagaimana pada periode sebelumnya.

"Kalau di kuartal II banyak dari mereka mulai melakukan investasi menambah mesin baru. Mereka lebih yakin kalau kuartal II akan lebih baik," ungkapnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya