Curhat Gubernur BI Prihatin Ekonomi Syariah RI Tertinggal

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.
Sumber :
  • Fikri Halim/VIVA.co.id

VIVA – Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengaku prihatin pengembangan ekonomi syariah Indonesia jauh tertinggal dari negara-negara tetangga. 

Potensi Wakaf RI Tembus Rp 180 Triliun, Begini Caranya Bisa Bantu Genjot Ekonomi Berkelanjutan

Dengan Thailand misalnya, negara itu saat ini sudah berhasil menjadi eksportir 25 persen bumbu halal atau bumbu masakan. Kemudian, Australia telah menjadi produsen daging terbesar di dunia. Selain itu, Jepang juga telah berhasil mengembangkan turisme dan kuliner halal-nya.

"Kalau Malaysia tidak perlu disebut. Apakah kita tidak sedih dan prihatin? Kita sebagai importir dan pengguna produk halal saja. Apakah kita rela hijab bisa dari China, bumbu dari Thailand, dan daging dari Australia. Itu kegundahan kami," kata Perry di kantor Bappenas, Jakarta, Rabu 25 Juli 2018.

OJK Sebut Keuangan Syariah Belum Optimal Dukung Industri Halal RI

Ia melanjutkan, bahwa pada awalnya Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) hanya fokus pada keuangan syariah. Lalu, pada 24 Juli lalu, pihaknya sudah memulai arus barunya, yakni untuk ekonomi Indonesia.

"Kami sudah merumuskan ekonomi dan keuangan syariah. Kami melengkapi master plan pengembangan ekonomi syariah. Kalau kita lihat negara lain yang sukses, bisa kita penuhi," ujarnya. 

BI Proyeksikan Ekonomi Syariah RI 2024 Tumbuh 4,7-5,5 Persen 

Ia melanjutkan, untuk menyusun strategi nasional, pihaknya sudah berkumpul dengan seluruh lembaga kementerian terkait. Termasuk, Otoritas Jasa Keuangan, khususnya untuk memperkuat komitmen antar pihak terkait.

"Tidak masalah itu menjadi milik siapa yang penting dikerjakan bersama. Memperbesar bank, zakat. Kualitas bank syariah harus ditingkatkan. Strateginya adalah jangan lupa memperbesar busnya, tapi lupa penumpangnya," katanya. 

Lebih lanjut, menurutnya, untuk memperbesar mengembangkan ekonomi syariah itu adalah dengan peningkatan kualitas dan kuantitas produk syariah nasional. Mulai produksi, distribusi, hingga sertifikasi. 

"Memperbesar dan mengembangkan Indonesia halal value chain itu menjadi program ekonomi syariah di Indonesia ke depan. Basisnya bisa ekonomi umat dan industri," tuturnya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya