5 Perubahan Hidup yang Bikin Pola Asuransi Kamu Harus Diubah

Ilustrasi mengelola keuangan.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Minat orang Indonesia dalam berasuransi perlahan tapi pasti terus meningkat. Paling tidak bila kita melihat tren pertumbuhan penetrasi asuransi jiwa hingga 2017 lalu.

OJK: Pertumbuhan Industri Asuransi 2023 Perlu Didukung Relaksasi

Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia mencatat, hingga akhir tahun lalu angka penetrasi asuransi jiwa mencapai 7,1 persen. Angka itu didapatkan dari total jumlah tertanggung perorangan terhadap jumlah penduduk.

Perinciannya, jumlah tertanggung perorangan naik 4,5 persen menjadi 18,49 juta orang. Sedangkan, jumlah tertanggung kumpulan meningkat menjadi 47,074 juta orang atau tumbuh 19 persen. 

Industri Asuransi Optimistis Resesi Global 2023 Bakal Ciptakan Peluang Jangka Panjang

Sehingga sampai kuartal IV 2017, ada 65,53 juta orang Indonesia yang tercatat sebagai tertanggung asuransi. Dua tahun terakhir, rata-rata pertumbuhan jumlah tertanggung asuransi jiwa di Indonesia adalah sebesar 9,2 persen per tahun. Ini belum menghitung pertumbuhan asuransi umum.

Yang pasti, dari angka tersebut kita bisa melihat, minat orang Indonesia dalam berasuransi semakin meningkat walau masih perlahan. Dalam pengelolaan keuangan pribadi, melengkapi kebutuhan asuransi adalah tindakan ketiga yang penting dilakukan setelah membayar utang dan menyusun dana darurat. 

DAI Ungkap Pentingnya Pembetukan LPPP, LPS-nya Industri Asuransi

Melalui asuransi, risiko finansial seseorang bisa lebih terkelola. Apa saja risiko finansial tersebut? Antara lain, risiko finansial yang timbul ketika pencari nafkah keluarga meninggal dunia, risiko finansial saat anggota keluarga jatuh sakit, sampai risiko keuangan ketika kendaraan pribadi membutuhkan perbaikan.

Kebanyakan orang yang sudah membeli asuransi, seringkali tidak lagi terlalu memikirkan apakah produk asuransi yang mereka beli masih memadai dengan kondisi terkini mereka. Atau, jangan-jangan malah overinsurance. 

Sebagai contoh, ketika masih lajang dahulu, kamu membeli asuransi kesehatan agar risiko finansial akibat sakit bisa terkelola. Setelah itu kamu menikah dan sebentar lagi memiliki bayi.

Kebutuhan asuransi saat masih lajang dibandingkan saat sudah menikah dan memiliki anak tentu berbeda. Misalnya, kebutuhan asuransi jiwa menjadi ada karena peran kamu kini adalah sebagai kepala keluarga dan ayah. 

Perubahan hidup apakah itu pernikahan, kelahiran anak, pekerjaan baru, keputusan bersekolah lagi, pensiun dini dan hal-hal lain yang signifikan mengubah pola konsumsi seseorang, membutuhkan juga evaluasi tentang kecukupan asuransi.

Berangkat dari pemahaman bahwa asuransi adalah strategi pengelolaan risiko finansial yang tepat agar stabilitas keuangan selalu terjaga. Apakah pertanggungan asuransi jiwa seseorang yang dulu berpenghasilan Rp5 juta dan kini gajinya Rp15 juta, tidak ikut berubah? Kemungkinan besar akan ikut berubah karena penghasilan hampir pasti memengaruhi pola konsumsi seseorang. Tingkat pengeluaran atau kebutuhannya pun menjadi berbeda.

Berikut ini beberapa kondisi di mana seseorang perlu mengevaluasi lagi kebutuhan asuransi mereka, apakah sudah memadai, perlu ditambah atau perlu dikurangi. Dengan begitu pengeluaran finansial untuk membiayai premi asuransi bisa lebih efisien.

WanaArtha Life.

OJK Cabut Izin Usaha Asuransi WanaArtha Life

Pencabutan izin dilakukan karena PT WanaArtha Life tidak dapat memenuhi rasio solvabilitas atau risk based capital (RBC) yang ditetapkan OJK sesuai ketentuan yang berlaku

img_title
VIVA.co.id
5 Desember 2022