Rusia-Ukraina Semakin Memanas, Rupiah Berpotensi Melemah

Ilustrasi rupiah
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin

VIVA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot menguat pada perdagangan Senin pagi, 14 Februari 2022. Rupiah menguat sebesar 0,03 persen ke posisi Rp14.338 per dolar AS dibandingkan penutupan senilai Rp14.342 per dolar AS.

Rupiah Lesu ke Rp 16.128 per Dolar AS

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) terakhir atau Jumat sore, mematok rupiah di angka Rp14.359 per dolar AS.

Analis Pasar Uang, Ariston Tjendra memperkirakan, nilai tukar rupiah kemungkinan akan melemah terhadap dolar AS hari ini. Hal tersebut dikarenakan kekhawatiran pasar terhadap kemungkinan terjadinya perang di wilayah perbatasan Rusia dan Ukraina.

Nilai Tukar Rupiah Melemah Bikin Harga Motor Yamaha Ikut Naik?

Baca juga: IHSG Dibuka Melemah Awal Pekan, Cek Rekomendasi Saham Pilihan Ini

“Akhir pekan lalu, pemerintah AS memberikan peringatan ke warganya yang tinggal di Ukraina untuk segera meninggalkan negara tersebut karena Rusia akan segera menyerang Ukraina. Dan bila Rusia menyerang Ukraina, kemungkinan perang bisa membesar karena perang tersebut akan melibatkan negara-negara NATO. Perang besar akan mendorong pelemahan ekonomi global,” ujar Ariston kepada VIVA pada, Senin 14 Februari 2022.

Rupiah Perkasa ke Rp 16.088 per Dolar AS Usai Rilis Data Inflasi RI

Ia melanjutkan, kekhawatiran pasar terhadap kenaikan inflasi juga meningkatkan kekhawatiran pelaku pasar. Dengan kenaikan inflasi yang berlebihan akan menekan pertumbuhan ekonomi.

“Harga minyak mentah yang terus naik karena kekhawatiran terjadinya perang, ikut menyumbang kenaikan inflasi global,” ujarnya.

Rupiah Menguat

Photo :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Selain itu, tekanan terhadap rupiah juga bertambah karena ekspektasi terhadap kebijakan pengetatan moneter AS yang agresif meningkat. Ekspektasi ini didukung oleh data inflasi AS.

“Data inflasi konsumen AS yang dirilis pekan lalu menunjukan kenaikan yang konsisten. Kebijakan pengetatan moneter AS yang agresif ini bisa mendorong penguatan dolar AS ke depan,” imbuh Ariston.

Sementara dari dalam negeri, Ariston menambahkan, kasus baru COVID-19 yang terus mengalami kenaikan mendekati kasus puncak gelombang kedua tahun lalu akan memberikan tekanan terhadap rupiah. Dengan terus tingginya kasus COVID-19 akan menekan aktivitas perekonomian.

Adapun rupiah kemungkinan berpotensi tertekan ke arah Rp14.400, dengan potensi support di kisaran Rp14.330.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya