Kaltim Prima Coal Tegaskan Jaga Kualitas Air DAS Sangatta

Site BUMI, PT Kaltim Prima Coal (KPC), Sangatta, Kalimantan Timur.
Sumber :
  • Dok. BUMI

VIVA – PT Bumi Resources Tbk (BUMI) melaporkan bahwa akibat curah hujan yang tinggi sebagai dampak dari fenomena La Nina, mengakibatkan terjadinya banjir di Sangatta. Hal itu turut berdampak pada operasional unit usaha BUMI yakni PT Kaltim Prima Coal (KPC). 

Alat Berat Dikerahkan, Bangkai Pesawat Jatuh di Tangerang Selatan Mulai Dievakuasi

Melalui keterangan tertulis, General Manager External Affairs and Sustainable Development KPC, Wawan Setiawan, memberikan klarifikasi mengenai sejumlah isu negatif tentang operasional KPC yang disebut berkaitan dengan banjir Sangatta.

Wawan memastikan, pengelolaan air tambang masih sesuai aturan yang dipersyaratkan. Baik baku mutu kualitas air maupun debit air keluaran menuju sungai sebagai badan penerima.

Hujan Lebat dan Banjir di Afghanistan, 400 Orang Tewas

"Hal ini telah dicek secara langsung oleh DLH Kutai Timur dan telah diambil sampel di titik penataan kolam tambang KPC untuk uji laboratorium," kata Wawan dalam keterangan tertulis, Kamis, 24 Maret 2022.

Kemudian, catchment area tambang KPC hanya menyumbang 6,06 persen dari total luas DAS Sangatta, sehingga kontribusi untuk pembentukan volume air dari wilayah terganggu KPC ke sungai Sangatta juga tergolong kecil.

Masih Banyak Material Sisa Erupsi Gunung Marapi yang Bisa Picu Bencana Susulan, Kata Gubernur

"Dan yang pasti, seluruh area tangkapan air di tambang KPC tertampung di kolam-kolam pengendap berizin dan dilakukan treatment kualitas dan kuantitas airnya," ujarnya.

Wawan menambahkan, pada tanggal 18-20 Maret 2022, ada dua kondisi yang memicu banjir besar di DAS Sangatta, yakni curah hujan yang sangat tinggi mencapai 167 mm per hari dengan air pasang yang naik mencapai lebih dari 2,5 meter. Hal ini membuat air hujan yang deras tidak dapat mengalir ke laut dan membanjiri sepanjang sempadan sungai Sangatta. 

"Pantauan kami di outlet PSS Bendili, justru air dari arah sungai Sangatta masuk ke sungai Bendili dan tertahan lama tidak mengalir keluar sehingga volume lebih besar dari biasanya," kata Wawan.

Situasi di site BUMI, PT Kaltim Prima Coal (KPC), Sangatta, Kalimantan Timur.

Photo :
  • Dok. BUMI

Selain itu, anggapan bahwa luas area bukaan KPC sangat mungkin meningkatkan volume air menuju sungai dan menyebabkan banjir saat hujan terjadi tidaklah benar. Dia meluruskan bahwa seluruh air hujan yang jatuh ke area terbuka KPC telah ditampung di kolam-kolam pengendap dan dikontrol baik kualitas maupun kuantitas airnya.

Selain melakukan pengelolaan air tambang, lanjut Wawan, KPC juga melakukan reklamasi lahan bekas tambang secara progresif. Dari 32,542 hektare lahan yang ditambang, sebanyak 13,267 hektare (40,77 persen) telah direklamasi kembali. Sejak tahun 2014, luasan target reklamasi KPC selalu di atas 1000 hektare. 

"Karyawan KPC dan kontraktornya saat ini berjumlah 27 ribu lebih, dan jika ditambah keluarga maka totalnya sekitar 81 ribu jiwa. Mayoritas karyawan tinggal di Sangatta dan Bengalon, yang mana kami juga mengkonsumsi air Sungai Sangatta dan Bengalon,” ungkapnya.

“Untuk itu kami menjaga kualitas air Sangatta dan Bengalon seperti halnya menjaga keluarga dan diri kami sendiri," tambahnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya