Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal III-2022 Diproyeksi 5,85 Persen

Pertumbuhan Ekonomi (ilustrasi).
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA Bisnis – Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini, 7 November 2022 akan mengumumkan pertumbuhan ekonomi kuartal III-2022. Ekonom memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III-2022 akan lebih tinggi dari kuartal II-2022.

Kemendesa & PDTT Apresiasi Dukungan Pertamina Percepat Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Transmigrasi

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky mengatakan, perekonomian RI masih berpotensi untuk tumbuh di atas 5 persen pada sisa tahun 2022.

"Khusus untuk kuartal III-2022, dampak low-base effect dari kuartal III-2021 yang mencatatkan pertumbuhan positif PDB terendah selama periode COVID-19 3,51 persen yoy, dapat mendorong lonjakan pertumbuhan PDB di kuartal III-2022," kata Riefky dalam laporan yang diterima VIVA, Senin, 7 November 2022.

Airlangga Sebut Ekonomi Indonesia Masih Untung Meski Masalah Geopolitik Berkecamuk

Pertumbuhan Ekonomi Sektor Konstruksi

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

Riefky menjelaskan, dari permintaan domestik yang solid dan performa ekspor yang baik saat ini memberi tambahan pertumbuhan ekonomi Indonesia di sisa tahun 2022. Dari hal ini, dia memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal III-2022 sebesar 5,85 persen secara tahunan atau year on year (yoy).

Forum Investor di Abu Dhabi, Menteri Sandiaga Beberkan Keuntungan Investrasi Parekraf di Indonesia

"Kami memprediksi PDB Indonesia akan tumbuh di kisaran 5,77 persen hingga 5,85 persen yoy di kuartal III-2022. Dan tumbuh 5,35 persen untuk keseluruhan tahun 2022," jelasnya.

Meskipun kata Riefky, pada paruh kedua 2022 muncul berbagai tantangan bagi perekonomian yang belum terlihat di Semester I-2022. Sebab, di paruh kedua ini pengetatan suku bunga moneter dari berbagai bank sentral memberikan dampak ke negara berkembang.

Pertumbuhan Ekonomi Sektor Konstruksi

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

"Pelanjutan pengetatan suku bunga moneter oleh berbagai bank sentral dunia telah memicu arus modal keluar secara masif dari negara berkembang. Termasuk Indonesia, menyebabkan depresiasi dari berbagai mata uang," jelasnya.

Selain itu, dari meningkatnya harga komoditas global telah mendorong Pemerintah Indonesia untuk menaikkan harga BBM. Di mana itu juga menyebabkan depresiasi mata uang rupiah, serta mendorong laju inflasi mencapai titik tertinggi dalam tujuh tahun terakhir.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya