YLKI Tantang Capres Adu Gagasan soal Pengendalian Konsumsi Rokok agar Tak Ada Generasi Cemas

Ketua Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi
Sumber :
  • VIVA/Fikri Halim

Jakarta – Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi, memberikan tantangan pada ketiga pasangan calon presiden, untuk membeberkan strategi mereka dalam mengendalikan konsumsi rokok di masyarakat.

Ekonomi Kuartal I-2024 Tumbuh 5,11 Persen di Tengah Gejolak Global, Sri Mulyani: APBN Jaga Daya Beli

Menurutnya, hal itu sangat penting bagi upaya memperkuat kualitas generasi penerus bangsa, demi menyambut Indonesia Emas 2045. Sebab, menurutnya dampak dari tingginya konsumsi rokok, nantinya juga akan ikut menentukan kualitas dari sumber daya manusia (SDM).

"Mana ada dari capras capres ini yang berani bicara pengendalian konsumsi rokok," kata Tulus di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, dikutip Jumat, 26 Januari 2024.

Konsumsi Terdongkrak Momen Pemilu Topang Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tumbuh 5,11 Persen

Padahal, Dia menegaskan bahwa hal itu merupakan salah satu aspek terpenting, terutama dalam upaya mewujudkan generasi emas di 2045 dan bonus demografi di 2030. "Tapi persoalan di hulunya saja tidak diatasi," ujarnya.

Bacapres Ganjar Pranowo mengunjungi pabrik rokok di Malang

Photo :
  • Istimewa
Harga Emas Hari Ini 6 Mei 2024: Produk Antam dan Global Melorot

Tulus menilai, apabila pengendalian konsumsi rokok tidak dilakukan secara menyeluruh dari hulu ke hilir, maka generasi emas yang dicita-citakan Indonesia itu tidak akan tercapai. Karena, konsumsi bahan yang dinilai negatif seperti rokok ini nantinya juga bisa berdampak pada gaya hidup yang tidak sehat ke depannya.

"Saya berani jamin. Kenapa? Karena konsumsi rokok yang sangat diminati itu menjadi persoalan gaya hidup yang tak bisa dihindari. Sehingga rakyat itu menjadi tidak sehat, karena tingginya konsumsi merokok dan tingginya preferensi merokok di anak-anak remaja," kata Tulus.

Bahkan, Tulus berkelakar bahwa apabila nantinya pengendalian konsumsi rokok itu tidak dilakukan menyeluruh dari hulu ke hilir, maka yang ada nantinya bukanlah Generasi Emas melainkan Generasi Cemas.

Ketua Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi.

Photo :
  • VIVA/Mohammad Yudha Prasetya

"Jadi nanti kalau ada generasi emas, bonus demografi, adanya ya generasi yang sakit-sakitan, generasi yang bengek. Karena gaya hidupnya tidak sehat," ujar Tulus.

"Ini supaya bonus demografi atau generasi emas itu tidak menjadi mitos dan tidak menjadi mimpi, dengan gaya hidup yang tidak sehat. Jadi bukan gaya hidup program generasi emas, tapi generasi cemas. Orang tuanya cemas, anak-anaknya juga cemas," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya