Sumber :
- REUTERS/China Daily
VIVA.co.id -
Ekspor Tiongkok pada bulan Januari turun 3,3 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan impor merosot 19,9 persen. Angka ini membuat perkiraan kalangan ekonom meleset dengan selisih yang amat lebar.
Seperti diberitakan
CNBC,
Minggu, 8 Februari 2015, neraca perdagangan Januari RRC berhasil mencatat surplus bulanan sebesar US$60 miliar.
Para analis dan ekonom sebelumnya memprediksi ekspor naik 6,3 persen dan impor hanya turun 3 persen untuk memberikan defisit perdagangan US$48,9 miliar. Asumsinya, langkah-langkah pelonggaran kuantitatif dan stimulus Eropa bakal meningkatkan permintaan Tiongkok terhadap barang-barang.
Namun, yang terjadi sebaliknya. Data yang dirilis Badan Administrasi dan Bea Cukai RRC menunjukkan ekspor Januari turun 12 persen dibanding bulan sebelumnya, sedangkan impor terjun 21,1 persen.
Penurunan ini dipengaruhi oleh harga komoditas yang anjlok cukup tajam. Sehingga nilai impor batubara turun hampir 40 persen menjadi 16,78 juta ton. Angka ini lebih rendah dari capaian 27,22 juta ton untuk impor Desember. Kondisi serupa terjadi pada nilai impor minyak mentah yang berkurang 7,9 persen.
Baca juga:
Halaman Selanjutnya
Baca juga: