Deretan Kontroversi Ballon d'Or, Erling Haaland hingga Franck Ribery Jadi Korban

Erling Haaland sabet Gerd Mueller Trophy
Sumber :
  • AP Photo/Michel Euler

Paris – Striker Inter Miami, Lionel Messi sukses merebut Ballon d Or 2023. Ini menjadi gelar yang kedelapan untuk La Pulga.

Dua WNI Batal Terbang ke Paris Akibat Boarding Pass dan Visa Tertukar, Kinerja Kedutaan Disorot

Di balik sukses tersebut, ternyata ada yang menilai ini cukup kontroversi. Banyak yang menilai striker Manchester City Erling Haaland yang lebih layak merebut gelar Ballon d Or 2023.

Jika hanya merujuk pada statistik sepanjang musim 2022/2023, Lionel Messi tercatat mencetak 37 gol dan 25 assist dalam 53 laga, atau total 62 G/A. Trofi yang didapatkan La Pulga adalah Piala Dunia 2022 bersama Timnas Argentina dan Ligue 1 bersama PSG.

Tas Istri Dicuri Hingga Barang Berharga Raib, Pasha Ungu Beberkan Hal Ini

Striker Inter Miami, Lionel Messi sabet Ballon d Or 2023

Photo :
  • AP Photo/Michel Euler

Sementara itu, torehan gol Haaland lebih spektakuler dengan 53 gol dari 55 penampilan. Dengan tambahan 9 assist, total G/A sang penyerang Norwegia setara dengan Messi, yaitu 62 G/A. Pencapaian kolektif Haaland lebih banyak, karena ia membawa Manchester City meraih treble, yaitu Liga Inggris, Piala FA, dan Liga Champions.

Rasmus Hojlund Lebih Pilih Legenda MU Dibanding Cristiano Ronaldo, Kenapa?

Manajer ManCity, Pep Guardiola menyebut, Ballon d'Or seharusnya dibagi ke dalam dua kategori selama Messi masih berkarier. Menurutnya, musim terburuk La Pulga adalah musim terbaik bagi pemain lain. 

"Saya selalu mengatakan Ballon d'Or harus dibagi ke dalam 2 kategori: satu untuk Messi, lalu satu lagi agar Haaland menang," kata Pep dikutip BBC. 

"Kami memenangkan treble, dia (Haaland) mencetak sejuta gol. Musim terburuk bagi Messi adalah yang terbaik bagi pemain lainnya. Secara realistis saya ingin Haaland memilikinya (Ballon d'Or) karena dia membantu kami mencapai tujuan (treble). Tapi Messi memenangkan Piala Dunia," papar Pep.

Wesley Sneijder Pernah Jadi Korban
Bukan kali ini saja Ballon d'Or menimbulkan kontroversi. Hal serupa pernah terjadi pada 2010 dan 2013. 

Pada tahun 2010 Lionel Messi dinobatkan sebagai pemenang Ballon d'Or, mengalahkan 2 rekan setimnya di Barcelona saat itu Andres Iniesta, dan Xavi Hernandez.

Pemain yang disebut layak disebut layak memenangi Ballon d'Or 2010 adalah Wesley Sneijder. Sang playmaker Belanda kala itu bisa membawa Inter Milan meraih treble, yaitu Liga Italia, Coppa Italia, dan Liga Champions. Ia juga jadi kunci Oranje lolos ke final Piala Dunia 2010. Namun, Sneijder bahkan tidak masuk 3 besar nominator Ballon d'Or tahun itu.

Wesley Sneijder.

Photo :
  • zimbio

Ballon d'Or 2010 digabungkan dengan penghargaan Pemain Terbaik FIFA. Oleh karenanya, penjurian diberikan kepada pelatih tim nasional, kapten tim nasional, dan jurnalis negara yang beafiliasi dengan FIFA. Jika hanya merujuk pada jurnalis, Ballon d'Or 2010 layak diberikan kepada Wesley Sneijder. 

Pasalnya, dikutip dari Marca, Sneijder mendapatkan vote terbanyak (293 vote), di atas Iniesta (226 poin), sedangkan Messi hanya ada di posisi 4 (175 poin).

Permainan Politik?

Selanjutnya, pada 2013, giliran Franck Ribery yang menjadi korban. Sama seperti Sneijder dan Haaland, Ribery juga membawa klubnya meraih treble.

Puncak karier Ribery terjadi di musim 2012/13. Kala itu, dia turut andil membawa Bayern Munich menjadi juara Bundesliga, DFB-Pokal, Liga Champions, Piala Super Eropa, dan Piala Dunia Klub.

Catatan luar biasa yang seharusnya bisa membawa Ribery merebut Ballon d'Or. Entah kenapa penghargaan bergengsi ini malah jatuh pada Cristiano Ronaldo yang tidak merebut gelar apapun bersama Real Madrid.

Ribery hanya mampu menempati posisi ketiga dengan 23,36 persen suara. Ronaldo sukses merebut Ballon d'Or dengan 27,99 persen suara disusul Lionel Messi 24,72 persen. Baru-baru ini, Ribery kembali membahas tragedi tersebut. 

Bintang Fiorentina, Franck Ribery

Photo :
  • Instagram/@acffiorentina

Pemain asal Prancis itu merasa diperlakukan tidak adil. Dia menuding adanya intrik politik dalam Ballon d'Or ketika itu. Kejanggalannya pun diutarakan. 

Keputusan FIFA yang tiba-tiba mengumumkan perpanjangan waktu suara pemilihan Ballon d’Or dipertanyakan Ribery. Awalnya voting Pemain Terbaik Dunia ditutup pada 15 November 2013, diperpanjang sampai 29 November 2013. Adapun pengumuman pemenang digelar di Zurich, Swiss pada 13 Januari 2014.

"Itu tidak adil, karena itu adalah musim yang luar biasa bagi saya. Seharusnya saya memenangkannya," kata Ribery, dikutip dari Football Italia. 

"Mereka memperpanjang waktu pemungutan suara dan sesuatu yang aneh terjadi. Saya merasa ada intrik politik," imbuhnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya