Aragones, Pelatih Kontroversial yang Akhiri Puasa Gelar Spanyol

Luis Aragones (kiri)
Sumber :
  • Reuters/Sergio Perez
VIVAbola - Pelatih yang sukses membawa Spanyol menjadi juara Piala Eropa 2008, Luis Aragones, tutup usia pada Sabtu 1 Februari 2014. Aragones dinyatakan meninggal di sebuah rumah sakit yang terletak di Madrid, pada pukul 06.00 waktu setempat.
Italia vs Spanyol Imbang, Thailand Belum Terkalahkan

Sosok Aragones terkenal sebagai pelatih yang kontroversial. Dilansir Guardian, dia pernah didenda oleh Komisi Disiplin UEFA akibat tindakan rasisnya terhadap Thierry Henry dalam sebuah sesi latihan timnas Spanyol di 2004 silam.
Gol Bomber Gaek Selamatkan Spanyol dari Kekalahan

Ketika itu Aragones sedang mengamati permainan dari rekan satu tim Henry di Arsenal, Jose Antonio Reyes. Tidak puas dengan pergerakan Reyes, Aragones kemudian mendekatinya dan mengeluarkan pernyataan bernada rasis.
LIVE MATCH: Italia vs Spanyol Masih Sama Kuat

"Tidak bisakah kau bergerak seperti si hitam itu (Henry)," ucap Aragones.

Aragones seakan tidak kapok dengan hukuman yang dijatuhi UEFA terhadapnya. Pada 2007 lalu, Aragones kembali menyerang Henry. Meski tidak bernada rasis, namun kali ini Aragones mengeluarkan pernyataan yang sangat tidak pantas.

"Que cono Henry! Que Cono Henry!" Istilah "cono" dalam bahasa Spanyol merujuk pada alat kelamin wanita. Ini adalah salah satu kata kasar yang biasa digunakan dalam bahasa Spanyol.

Selain terkenal dengan arogansinya, Aragones juga sangat percaya dengan hal-hal berbau magis. Dia mempercayai ada satu mitos yang melekat di timnas Spanyol pada sebuah turnamen internasional.

Jika La Furia Roja masuk ke partai semifinal di sebuah turnamen, maka sebisa mungkin Aragones mencegah agar timnya tidak menggunakan jersey tandang. Dia meyakini, jersey tandang Spanyol akan membawa sebuah kesialan.

Alhasil, pada partai semifinal Piala Eropa 2008 silam, Spanyol menggunakan jersey tandang dengan dikombinasikan celana kandang. Ketika itu Spanyol berhasil menggulung Rusia dengan skor 3-0 dan melaju ke final.

Meski begitu, Aragones adalah sosok penting bagi keberhasilan timnas Spanyol dalam membuka keran prestasi mereka yang sempat tersendat selama 44 tahun. Kesuksesan Spanyol meraih titel Piala Eropa di 2008 ternyata memberikan dampak signifikan terhadap performa Tim Matador.

Pada Piala Dunia 2010, Spanyol berhasil menjadi juara. Dan mereka sukses mempertahankan gelar Piala Eropa di 2012. Meski saat itu Spanyol ditangani Vicente del Bosque, namun pelatih kelahiran Madrid itu adalah sosok penting dalam pilar-pilar timnas Spanyol dalam beberapa tahun terakhir.

Aragones sukses menerapkan pola permainan tiki-taka di dalam timnas Spanyol. Dia sangat kecewa dengan terjadinya "perpecahan" di dalam tim setelah kekalahan di Piala Dunia 2006 dari Perancis dengan skor 3-1.

Akhirnya, Aragones sukses menahan ego para pemain dengan sistem permainan yang dia terapkan di dalam timnas. Spanyol pun meraih masa keemasannya dalam kurun waktu enam tahun belakangan ini.

Mau baca berita menarik lainnya? Klik saja tautan ini.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya