Perang Bintang ISL di Mata Jacksen Tiago

Jacksen F Tiago, Pelatih Persipura
Sumber :
  • GOSport

VIVAnews - Tampil di arena Perang Bintang ISL merupakan kebanggaan tersendiri bagi pemain maupun pelatih karena punya prestise tinggi. Itu sebabnya, pemain maupun pelatih selalu berkeinginan untuk bisa terpilih.

“Laga Perang Bintang punya tempat tersendiri bagi pelatih maupun pemain, karena tidak sembarangan bisa tampil. Lama sudah saya menantikan momen indah ini,” terang pelatih Persipura Jayapura, Jacksen Ferreira Tiago pada GOSport.

Ketika mengawali karir sebagai pelatih, Jacksen berjanji akan menjadi pelatih timnas Indonesia setelah lima tahun jadi pelatih. Tapi, sampai sekarang keinginan tersebut belum juga terealisasi.

“Ketika menukangi Persebaya, saya katakan pada wartawan lima tahun ke depan saya akan jadi pelatih timnas Indonesia. Walau belum menjadi kenyataan sekarang, saya tidak akan putus asa. Mungkin Tuhan belum berkehendak, saya masih harus bekerja keras,” ujar Jacksen.

Pria asal Brasil ini mengaku bangga diberi kepercayaan menangani tim All Star yang akan melawan juara ISL 2009/2010, Arema Indonesia dalam Perang Bintang di Stadion Kanjuruhan, Malang, Minggu sore, 6 Juni 2010.

“Kalau bisa usul, Liga Indonesia lebih baik memberikan piala atau piagam bagi pemain yang tampil di perang bintang. Alasannya, piala maupun piagam bisa disimpan pemain maupun pelatih sebagai koleksi dalam karirnya. Beda halnya dengan uang. Bukan berarti, pelatih dan pemain tak butuh uang. Tapi, uang akan habis sekecap tanpa kesan. Kalau uang, pemain dan pelatih sudah mendapatkannya di klub,” pungkasnya.

Jacksen mengaku heran dengan hasil pooling Liga Indonesia. Karena tidak sedikit pemain bagus yang luput, seperti striker Persiba Balikpapan, Julio Lopez dan dua anak asuhnya, Stevie Bonsavia dan Immanuel Wanggai.

Tak hanya Jacksen yang merasa heran, arsitek PSPS Pekanbaru, Abdul Rachman Gurning juga mengkritisi cara kerja panitia pooling. Pasalnya, bek PSPS, Edi Sibung masuk skuat All Star. Padahal, yang bersangkutan jarang bermain bersama PSPS.

“Kalau Dedi Gusmawan, Danil Junaedi atau Agus Cima yang mewakili PSPS masih pantas, tapi tidak Edi,” katanya.

Selain nama Edi, keberadaan Park Jung-hwan (PSM Makassar) juga layak diperdebatkan. Ketika bermain di Persiba Balikpapan, Park sering jadi pilihan kedua sehingga didepak pada putaran kedua.

Peran pemain asal Korea Selatan ini tak jauh beda ketika berganti klub bersama PSM. Menurut pelatih PSM, Tumpak Sihite, olah bola serta penyelesaian Park tak istimewa. Park hanya menang dalam postur badan sehingga jadi pilihan utama di lini depan.

Laporan: Daniel Siahaan/GOSport

Syuting Tak Berizin, Artis dan Kru Variety Show Pick Me Trip In Bali Diperiksa Imigrasi Ngurah Rai
Ilustrasi tahanan diborgol

Tabrak dan Hendak Rampas Mobil, 6 Debt Collector Sadis Ditangkap Polres Labusel

Satuan Reserse Kriminal Polres Labuhanbatu Selatan (Labusel), berhasil menangkap 6 debt colector sadis, yang hendak mengambil mobil korban dengan cara ditabrak.

img_title
VIVA.co.id
27 April 2024