Mati Suri Bisnis Sepakbola Indonesia

Pemain Pelita Bandung Raya, David Laly
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana
VIVA.co.id
- Dihentikannya pertandingan Sepak bola Indonesia Super League (ISL), Divisi Utama dan Divisi Satu, bukan hanya para pemain yang menjadi korban karena tidak bisa bermain.


Ternyata, para produsen bola sepak dan peralatan sepakbola lainnya pun ikut menjadi korban dihentikannya pertandingan kompetisi Liga Indonesia. Mereka mati suri dan rugi banyak.


"Setelah dihentikannya pertandingan sepak bola antar klub tersebut, kami mengalami kerugian mencapai ratusan juta rupiah, karena sudah memproduksi kaos bola," kata Dian, salah seorang produk kaos bola yang tinggal di Bogor.


Ia mengatakan, klub yang sudah kerja sama untuk membuat kaos tim bola tersebut ada total delapan klub, tujuh klub Divisi Utama dan satu klub yang berada di level ISL.


"Kalau pertandingannya di hentikan, siapa yang tanggung jawab untuk biaya produksi kaosnya tersebut?" kata Dian kepada
VIVA.co.id
saat ditemui di tokonya.


Karena itu, kata dia, pihaknya menginginkan kisruh antara PSSI dengan Menpora cepat diselesaikan. "Kami kesal karena keegoisan mereka kami menjadi korban, masa sih ga ada jalan keluarnya," kata Dian, menambahkan.


Terhentinya kompetisi sepakbola tanah air merupakan buntut dari keputusan Kementerian Pemuda dan Olahraga yang membekukan PSSI. Terakhir, usaha PT Liga Indonesia untuk menggelar turnamen pramusim pun gagal karena tak dapat lampu hijau dari BOPI dan Menpora.
Debut Wasit Tambahan di Liga 1, Begini Kata Ketum PSSI Iwan Bule

Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan

Langkah Tegas PSSI Basmi Sepakbola Gajah di Liga 3

Sepakbola Indonesia kembali tercoreng dengan adanya aksi tak sportif yang mengindikasikan munculnya sepakbola gajah. Itu terjadi di Liga 3.

img_title
VIVA.co.id
14 Maret 2022