FOKUS

MU & City Perkasa di Lokal, Melempem di Eropa

Fabian Frei (FC Basel) dikepung Ashley Young (MU/kiri) dan Patrice Evra
Sumber :
  • REUTERS/Eddie Keogh

VIVAnews - Perkasa di pentas domestik, melempem di kancah Eropa. Hal itu yang sedang dialami duo klub asal Manchester, Inggris, Manchester United dan Manchester City.

MU sepertinya akan menang mudah saat menjamu Basel pada lanjutan Grup D Liga Champions di Old Trafford, Rabu 28 September 2011, ketika Danny Welbeck mencetak dua gol saat pertandingan baru berjalan 17 menit. Namun, kondisinya berubah 180 derajat di babak kedua.

Basel, yang tidak pernah menang dalam tujuh lawatan ke Inggris, mampu membalikkan keadaan melalui Fabian Frei dan dua gol Alexander Frei. Beruntung Ashley Young mampu menyelamatkan muka tuan rumah lewat gol penyeimbang saat injury time.

Hasil ini membuat MU belum meraih kemenangan di Liga Champions musim ini setelah sebelumnya ditahan Benfica 1-1. Sebuah hasil yang buruk bagi klub yang mampu mencapai tiga final Liga Champions dalam empat tahun terakhir.

Hasil yang lebih buruk dialami rival sekota MU, Manchester City. Debutan di Liga Champions itu ditundukkan Bayern Munich 0-2 pada laga yang berlangsung di Allianz Arena. Kekalahan ManCity semakin diperburuk dengan konflik antara manajer Roberto Mancini dengan striker Carlos Tevez.

Tevez, diakui Mancini, enggan membela ManCity ketika disuruh menggantikan Samir Nasri di babak kedua. Tuduhan yang belakangan dibantah oleh striker internasional Argentina tersebut.

Ironis jika melihat hasil duo Manchester di pentas Liga Champions sejauh ini. Pasalnya, baik MU dan ManCity sedang berkuasa di kancah domestik dengan berbagi puncak klasemen Premier League. MU dan ManCity belum menelan kekalahan dari enam laga.

Situasi yang dialami MU jelas lebih buruk dari ManCity. Pasalnya The Red Devils langganan Liga Champions dan sudah tiga kali merasakan gelar juara, terakhir pada 2008. Wayne Rooney dan kawan-kawan bahkan sukses melangkah ke final tiga kali dalam empat tahun terakhir.

Sedangkan ManCity merupakan debutan di pentas Liga Champions musim ini. Ini adalah kali pertama sepanjang sejarah klub yang bermarkas di Eastlands itu tampil di ajang Liga Champions.

Manajer MU, Sir Alex Ferguson sendiri berusaha tenang atas hasil buruk di dua laga awal Liga Champions. Sir Alex memang mengakui pertahanannya lengah di babak kedua, namun manajer asal Skotlandia itu tidak emosi seperti biasanya ketika MU meraih hasil buruk.

Usai laga Sir Alex mengaku tidak mengeluarkan 'hairdryer treatment' atau berteriak-teriak kepada pemainnya. Bahkan Sir Alex masih sempat mengembangkan senyumnya saat bersalaman dengan pelatih Basel, Thorsten Fink, usai pertandingan.

'Hairdryer treatment' merupakan istilah yang diberikan media-media Inggris atas kebiasaan Sir Alex dalam memarahi pemain. Biasanya manajer 69 tahun itu teriak sangat keras hingga hembusan nafasnya mengeringkan rambut pemain yang masih basah karena keringat usai pertandingan.

"Hasil ini positif karena terjadi di awal musim dan bukan terakhir. Saya pikir ini alarm yang membangunkan kami. Kebobolan tiga gol di kandang. Anda harus lebih baik dalam hal konsentrasi. Jika Anda santai di Liga Champions, Anda bisa menderita," papar Sir Alex seperti yang dilansir Reuters.

Sir Alex sepertinya masih memberi maaf bagi anak asuhnya yang melakukan kesalahan, namun arsitek yang sudah berada di Old Trafford sejak 1986 itu tidak ingin kesalahan yang sama kembali terulang. Jika tidak, Sir Alex siap mengeluarkan 'hairdryer treatment' khas dirinya kepada pemain.

MU Mainkan Mkhitaryan Lagi, Mourinho Tidak Puas
Manajer Manchester United, Jose Mourinho

Rekor Buruk Mourinho di MU

Dari dua manajer sebelumnya, Mourinho memiliki rekor terburuk.

img_title
VIVA.co.id
4 November 2016