Jean-Marc Bosman, Pahlawan Sepakbola yang Terlupakan

Jean-Marc Bosman
Sumber :
VIVA.co.id
Terkait Panama Papers, Markas Sepakbola Eropa Digerebek
- Jean-Marc Bosman memenangkan satu kasus pada 15 Desember 1995. Keputusan itu kemudian melahirkan revolusi di dunia sepakbola, terutama dalam hal transfer pemain. Dia kini berusia 51 tahun. Tubuhnya tidak lagi seperti seorang pesepakbola dan terlupakan.

Finalis Liga Europa Musim Lalu Disanksi UEFA

Hanya nama belakangnya yang masih diabadikan, sebagai sebuah regulasi tentang transfer pemain, Peraturan Bosman (Bosman Ruling). Striker asal Polandia, Robert Lewandowski, adalah salah satu bintang sepakbola masa kini, yang ikut menikmati warisan Bosman.
UEFA Melansir Jumlah Tim Inggris di Liga Champions 2017-2018


Dia memanfaatkan peraturan bebas transfer, yang terjadi berkat upaya Bosman 20 tahun silam, untuk kepindahannya dari Borrusia Dortmund ke Bayern Munich pada 2014. Namun, bintang Bundesliga yang kini jadi incaran klub raksasa Spanyol, Real Madrid, itu mungkin tidak akan tahu siapa Bosman.

Dilansir dari Sports Mail pada Jumat, 11 Desember 2015, Bosman adalah seorang mantan pesepakbola asal Belgia, yang bermain untuk Standard Liege. Dia mengajukan peninjauan hukum, yang membuat seorang pemain bebas pindah ke klub lain, bahkan sebelum kontraknya berakhir.


Walau dapat dianggap berjasa besar, namun kehidupannya jauh dari sukses. Sebagian besar uangnya habis karena investasi yang gagal dalam penjualan kaus. Saat itu Bosman berharap para pemain, yang mendapat manfaat dari peraturan Bosman, mau memberi dukungan dengan membeli satu kaus.


Nasibnya buruk. Hanya satu kaus yang terjual, dibeli oleh putra pengacaranya. Demi membayar pajak, dia terpaksa menjual rumah dan mobilnya. Pada April 2013, Bosman dihukum penjara satu tahun, karena tuduhan kekerasan terhadap teman wanitanya.


"Itu putusan hukum abad ini di dunia olahraga. Saya telah menghadapi periode yang sulit sejak itu, dan seperti semacam ujian. Itu membuat saya berpikir bahwa saya telah berkontribusi," kata Bosman. Upayanya telah menciptakan transformasi, membagi kekuatan kontrak dari klub ke pemain.


Peraturan Bosman menggantikan regulasi, yang membatasi seorang pemain untuk pindah di akhir masa kontrak, tanpa biaya transfer. Kini pemain bisa pindah tanpa biaya, jika kontraknya berakhir. Ribuan lapangan kerja terbuka, karena lahirnya peraturan Bosman. Bisnis di dunia sepakbola berkembang.




"Karena saya, beberapa orang dalam sepakbola memperoleh banyak uang. Lihat sepakbola di Inggris. Indah, kaya," kata Bosman. Dia mengakui, peraturan yang lahir dari usahanya, juga berdampak negatif. Terutama bagi klub-klub miskin, termasuk dari negaranya.


Bosman mengatakan mantan klubnya, Standard Liege, dulu tidak kalah besar daripada Chelsea. Namun, klub Inggris itu kini telah menjelma jadi klub raksasa, dengan kekuatan modal dari pemilik baru. Mereka bisa membiayai pembelian pemain-pemain bintang. Standard Liege jelas tidak bisa.


"Saya berusia 10 tahun saat mulai bermain di Standard. Pemandu bakat melihat saya memiliki talenta. Tidak ada dari saya atau ayah saya, yang tahu bahwa pemain akan jadi milik klub sepenuhnya. Saya kemudian masuk timnas Belgia di bawah usia 16 tahun, 17 tahun dan 21 tahun," ucap Bosman.


Bosman memulai debutnya di tim senior Standard de Liege pada usia 18 tahun. "Saya mendapat kontrak pertama. Itu untuk dua tahun, nilainya sangat kecil, tidak seperti yang didapat pemain muda sekarang. Saya mendapat kontrak kedua yang lebih baik, 4000 franc sebulan (Rp1,5 juta)."


Dia kemudian berpikir untuk mengembangkan karirnya. Bosman tetap berada di Standard hingga 1988, kemudian dijual ke FC Liege. "Tapi, pada 1990 segalanya berubah. Saya mencapai akhir dari masa kontrak di Liege. Mereka memotong gaji saya jadi seperempat, bonus dan hampir segalanya."


"Federasi mengatakan, jika saya tidak menandatangani kontrak lagi dengan Liege, saya akan diskors. Ini berarti seorang pemain dimiliki seumur hidup oleh klub. Dunkirk di Prancis, menawarkan saya gaji lebih baik," ujar Bosman. Ketika itu seorang pemain hanya dapat pindah, jika klub memang ingin menjualnya.


Perjanjian kemudian dibuat antara FC Liege dan Dunkirk. Namun, Liege menuntut biaya transfer, empat kali lebih besar dari dana yang mereka keluarkan, saat membeli Bosman dari Standard. Dia kemudian berbicara dengan seorang pengacara. Setelah itu adalah proses yang berjalan selama lima tahun.


Lima tahun kerja keras dan menghabiskan biaya. Bosman berusia 25 tahun pada musim semi 1990, saat memulai kasusnya. Dia berusia 31 tahun, saat akhirnya berhasil memenangkan tuntutan. Masa emas karirnya habis, hanya untuk memperjuangkan sesuatu yang tidak dapat dinikmati olehnya.




Apa yang dipikirkan para pesepakbola kala itu atas kemenangan Bosman? "Saya menjadi Bosman sang pejuang kebebasan. Hanya itu saja. Terima kasih dan selamat tinggal," kata Bosman, mengenang respons dari para pesepakbola di masanya. "Tidak ada orang yang mau terlibat."


"Para pemain takut mendapat sanksi. Tapi, setelah Desember 1995, mereka semua mendapat untung. Setelah itu, Peraturan Bosman diberlakukan, tapi saya tidak lagi diterima oleh dunia sepakbola," ujarnya. Bosman semakin diisolasi, ketika Komisi Eropa membuat keputusan baru pada 2000.


Komisi Eropa menetapkan bahwa peraturan Bosman, tidak berlaku untuk para pemain yang berusia di bawah 23 tahun. Kompensasi kembali diberlakukan, jika sebuah klub membeli pemain-pemain muda dari klub lain. "Kita sekali lagi melihat, ini semua tentang menjual. Klub kaya menjadi semakin kaya."


"Pada abad ke-21, kita masih melihat pemain dijual seperti binatang, seperti produk?' kata Bosman. "Ada sekitar 25 klub besar di dunia dan mereka menjadi semakin besar. Ketika peraturan Bosman lahir, saya berharap itu akan digunakan untuk keperluan yang baik. Sekarang itu dimanfaatkan secara buruk."


Bosman tidak hanya kehilangan karir setelah perjuangannya. Dia juga kehilangan arah dalam hidup. Bosman berusaha memperoleh kompensasi, atas kerugian yang telah dideritanya. Namun, dia harus menempuh proses hukum yang panjang. Dia kelelahan dan jatuh dalam depresi.


Kemudian terjadi masalah dengan keluarganya, alkohol. "Saya masih menunggu ada yang mengatakan terima kasih. Ronaldo, Beckham, mereka semua. Tapi, buat saya itu adalah masa lalu. Kini saya senang. Bahagia karena saya menang (tuntutan). Itu tidak memberi saya uang, tapi saya bangga."


Selama 20 tahun, hanya dua pemain dari era 1990an, yang pernah memperlihatkan rasa terima kasih pada Jean-Marc Bosman. "Philippe Albert dan Frank de Boer," kata Bosman. Namun, keduanya juga tidak membeli kaus Bosman.


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya