Empat Bahaya Paracetamol, Salah Satunya Kurang Empati

obat PCC (Paracetamol Cafein Carisoprodol) yang diduga narkoba jenis baru serupa Flakka yang membuat penggunanya mengalami gangguan jiwa.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Istimewa

VIVA – Studi terbaru peneliti Behavioural and Brain Sciences mengungkapkan temuan yang mengkhawatirkan dan bahaya dari dampak obat pereda nyeri. Studi tersebut menunjukkan, obat pereda nyeri bisa mengurangi kepekaan konsumen terhadap pengalaman yang menyakitkan secara emosional. Selain itu, obat pereda nyeri bisa memengaruhi kemampuan empati pasien atau konsumen.

Studi menemukan ada empat dampak yang patut dicermati saat konsumen mengonsumsi obat pereda nyeri. 

"Dalam banyak hal, temuan studi ini mengkhawatirkan," tulis peneliti dalam studi tersebut dikutip dari IBTimes, Rabu 7 Februari 2018. 

Peneliti menuturkan, pasien atau konsumen berpandangan, obat pereda nyeri bisa mengurangi rasa sakit mereka, namun tidak menyadari dampak lainnya.

"Konsumen berasumsi saat mengonsumsi obat itu bisa menghilangkan rasa sakit dan mengurangi gejala fisik mereka, namun mereka tak mengantisipasi efek psikologis yang lebih luas," jelas mereka. 

Ilustrasi obat tidur .

Untuk sampai pada kesimpulan tersebut, peneliti melakukan dua eksperimen pada responden yang mengonsumsi obat pereda nyeri. 

Dalam eksperimen pertama, peneliti melibatkan responden wanita yang mengonsumsi obat pereda nyeri, Ibuprofen. 

Kimia Farma dan Pertamina Join Bikin Pabrik Obat Paracetamol

Dalam pengakuannya, responden yang mengonsumsi Ibuprofen merasa kurang peka terhadap pengalaman menyakitkan secara emosional. Dibandingkan dengan kelompok responden yang mengendalikan diri dari suntikan Ibuprofen. 

Sebaliknya, responden pria memiliki dampak yang berbeda dengan responden wanita. Responden kaum adam ini mengalami rasa sakit emosional yang lebih intens setelah minum obat pereda nyeri. 

Paracetamol Bakal Diproduksi BUMN, Erick Thohir: Harganya Bisa Murah

Eksperimen lain dari studi ini menemukan, orang yang mengonsumsi paracetamol menganggap foto yang menyenangkan dan foto yang tak menyenangkan masih lebih baik dibanding mereka mengonsumsi pil penenang.

Selanjutnya, dalam eksperimen kedua, peneliti menemukan obat pereda nyeri berpengaruh pada empati konsumen. Penelitian menunjukkan orang yang mengonsumsi paracetamol mengaku kurang emosional saat menghadapi pengalaman menyakitkan seseorang. Selain itu, responden juga mengaku kurang memperhatikan orang tersebut dibanding kelompok yang dikendalikan dari konsumsi obat pereda nyeri. 

Benarkah Paracetamol Lebih Baik dari Ibuprofen untuk COVID-19?

Studi juga menemukan, obat pereda nyeri kemungkinan memengaruhi bagaimana otak konsumen memproses informasi. Dalam eksperimen yang meminta responden untuk melakukan atau tidak melakukan tugas di berbagai waktu, ternyata orang yang mengonsumsi paracetamol membuat lebih banyak kesalahan. 

Temuan lainnya, obat pereda nyeri itu menyebabkan ketidaknyamanan saat orang harus menyerahkan barang-barang mereka. (ase)

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo

Bareskrim Selidiki Kopi Diduga Mengandung Paracetamol dan Obat Kuat

Bareskrim akan menyelidiki temuan BPOM terkait sejumlah merek kopi mengandung paracetamol dan obat kuat

img_title
VIVA.co.id
10 Maret 2022