10 Years Challenge, Aktivis Ingatkan Keadaan Bumi 10 Tahun Lalu

Benua Antartika.
Sumber :
  • www.pixabay.com/girlart39

VIVA – Awal tahun ini tagar #10YearsChallenge menggema di media sosial Instagram di berbagai belahan dunia. Namun, ternyata tagar ini juga dimanfaatkan oleh beberapa aktivitis dan organisasi yang peduli terhadap lingkungan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap perubahan lingkungan dan iklim akibat pemanasan global.

Kasus Dengue di Indonesia Meningkat Dua Kali Lipat efek El Nino, Menurut Kemenkes

Dalam rilis Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) disebutkan jika pemanasan global melebihi 1,5 derajat Celsius, maka akan berdampak pada terjadinya bencana alam, meningkatnya permukaan air laut, kemiskinan ekosistem makhluk hidup, hingga ketahanan pangan di dunia.

Adapun Living Planet yang merilis Living Planet Report 2019 menunjukkan bahwa terjadi 60 persen kepunahan pada setiap spesies antara 1970-2014. Artinya, terjadi penurunan jumlah populasi sejak 1970, hingga lebih dari setengahnya.

Tanda Kiamat Mulai Muncul dari Bawah Tanah

Indonesia sendiri termasuk negara yang rentan terhadap perubahan iklim. Akibat curah hujan yang tinggi, beberapa wilayah mengalami dampak yang cukup ekstrem. Contohnya adalah banjir di Sulawesi Selatan yang merendam 78 desa di 52 kecamatan. Biro Hubungan Masyarakat Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan menyatakan peristiwa ini adalah yang terburuk selama 10 tahun terakhir.

Mengerikan, Lapisan Es Saat Ini Mencair Lebih Cepat dari yang Diduga

Direktur Zurich Insurance Indonesia, Wirahadi Suryana, mengatakan sudah seharusnya manusia mengubah cara pandang mereka terhadap hal ini. Semua pihak perlu terlibat dan berkontribusi secara nyata dalam menangani dampak dan menyikapi perubahan iklim, supaya tidak semakin parah.

"Menjaga lingkungan adalah hal dasar yang penting, karena merupakan bagian dari mitigasi. Caranya dengan mengurangi limbah dan sampah, juga perbanyak tanaman hijau dan area resapan di lingkungan. Kurangi pemakaian kantong plastik dan gunakan sedotan stainless steel," katanya dalam keterangan tertulis, Minggu, 10 Februari 2019.

Selain itu, masyarakat juga harus berhemat dalam menggunakan air bersih guna mengurangi limbah. Edukasi terkait dengan mitigasi bencana juga patut digalakkan oleh pihak-pihak terkait. Terlebih saat ini biaya pemulihan bencana alami bisa sembilan kali lebih tinggi dari biaya pencegahan.

"Selain melindungi diri, memiliki asuransi aset juga menjadi hal penting. Seperti terhadap properti dan kendaraan. Untuk mengantisipasi kerugian akibat bencana alam seperti banjir, angin kencang, badai dan petir," ujarnya. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya