- U-Report
VIVA – Salah satu bencana alam yang sering melanda di Indonesia, adalah erupsi gunung api. Kepala Subbidang Mitigasi Gunungapi PVMBG, Devy Kamil Syahbana mengatakan, pihaknya melakukan mitigasi dengan memonitor 69 gunung api, pada 74 pos pengamatan gunung api selama 24 jam.
Pemantauan ini dilakukan secara visual dan instrumental. Yaitu, ada peralatan berupa seismometer, deformasi GPS, pengukuran biokimia, serta menggunakan drone untuk melihat perkembangan kondisi kawah dan melakukan analisis data satelit.
"Dan ini dilakukan setiap hari, untuk memastikan bahwa masyarakat aman. Kami harus melakukan monitoring setiap hari," kata Devy di Jakarta, Rabu 2 Oktober 2019.
Data-data ini, menurut Devy, bisa diakses melalui aplikasi Magma Indonesia. Mereka melakukan diseminasi informasi secara terus menerus ke masyarakat, agar bisa mengetahui apa yang harus dilakukan.
Rekomendasi yang dimaksud, seperti mengetahui daerah mereka aman, maupun informasi tentang adanya aktivitas, sehingga masyarakat sekitar bisa menjauh untuk sementara waktu.
Dia juga bercerita soal tantangan dari mitigasi, yaitu keseimbangan untuk menyelamatkan jiwa dan juga soal aktivitas warga di sekitar tempat bencana. Salah satunya terjadi di Gunung Tangkuban Parahu, yang mengalami erupsi sepanjang September lalu dan juga menjadi tempat perekonomian seperti untuk wisata.
"Karena Tangkuban Parahu sendiri bukan hanya tempat dikunjungi turis, tapi dia tempat bekerja untuk beberapa orang. Kami menyadari itu, dan kami berharap aktivitas Tangkuban Parahu terus menurun, sehingga masyarakat bisa beraktivitas dengan normal," ujar dia.