Samudra Tersembunyi Ditemukan di Perut Bumi, Tiga Kali Lebih Besar dari Lautan Biasa
- Pixabay
VIVA – Sejumlah penemuan dan prestasi ilmiah telah menarik perhatian global. Mulai dari lubang hitam supermassive hingga pencapaian reaktor fusi Korea Selatan yang mencapai suhu tertinggi yang pernah dicapai, penemuan-penemuan mengejutkan ini telah mengguncang pikiran kita.
Sekarang, berita ilmiah lainnya telah menjadi sorotan di media sosial, yaitu adanya lautan raksasa atau samudra yang tersembunyi di bawah kerak bumi.
Air disimpan hingga kedalaman 700 kilometer di bawah permukaan bumi dalam batuan yang dikenal sebagai ringwoodite. Reservoir air bawah tanah ini memiliki volume tiga kali lipat dari gabungan seluruh lautan permukaan bumi.
Temuan ini telah dipresentasikan secara rinci dalam makalah ilmiah tahun 2014 berjudul “Dehydration melting at the top of the lower mantle” (Dehidrasi meleleh di bagian atas mantel bawah). Itu juga menyajikan sifat unik dari ringwoodite.
“Ringwoodite seperti spons, menyerap air, ada sesuatu yang sangat istimewa tentang struktur kristal ringwoodite yang memungkinkannya menarik hidrogen dan menjebak air,” kata ahli geofisika Steve Jacobsen, anggota kunci dari tim penemuan, dikutip dari NDTV Jumat, 5 April 2024.
“Saya pikir kita akhirnya melihat bukti untuk seluruh siklus air Bumi, yang dapat membantu menjelaskan sejumlah besar air cair di permukaan planet kita yang dapat dihuni. Para ilmuwan telah mencari air dalam yang hilang ini selama beberapa dekade,” ungkapnya lebih lanjut.
Para peneliti membuat penemuan setelah mempelajari gempa bumi dan menemukan bahwa seismometer mengambil gelombang kejut di bawah permukaan bumi.
“Kapasitas penyimpanan air yang tinggi dari mineral di zona transisi mantel Bumi (kedalaman 410- hingga 660-kilometer) menyiratkan kemungkinan reservoir H2O yang dalam, yang dapat menyebabkan dehidrasi mencairnya mantel yang mengalir secara vertikal. Kami memeriksa efek downwelling dari zona transisi ke mantel bawah dengan eksperimen laboratorium tekanan tinggi, pemodelan numerik, dan konversi P-ke-S seismik,” kata para ilmuwan.
Mereka juga menemukan lelehan antargranular di zona transisi.
“Hasil ini menunjukkan hidrasi dari wilayah yang luas dari zona transisi dan bahwa pencairan dehidrasi dapat bertindak untuk menjebak H2O di zona transisi,” terangnya.