Cerita Bernasib 'Apes' Akibat Sembrono pada Jejak Digital

Akses internet lewat smartphone.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

VIVA – "Di masa depan, jejak digital menceritakan lebih banyak tentang siapa dirimu, ketimbang yang kamu tulis di atas kertas curriculum vitae."

Kemenkominfo Gelar Nobar Mengenal Literasi Digital Sejak Dini

Demikian arti kutipan yang ditulis oleh Chris Betcher, Direktur Developer Profesional EdTechTeam di Australia dan Selandia Baru. Pernyataan itu mungkin mengejutkan bagi sebagian orang, tapi cukup masuk akal untuk dicerna.

Pernahkah kamu mencoba meng-Google nama kamu sendiri? Sebelum membahas lebih jauh mari kita mengenal terlebih dahulu tentang jejak digital dan kenapa menaruh perhatian padanya itu penting.

Beredar Kaos Kaki dengan Lafaz Allah, Polisi Malaysia Lakukan Penyelidikan

Sederhananya, jejak digital atau digital footprint adalah catatan atau jejak apa pun yang ditinggalkan di semesta online. Aktivitas media sosial kita, informasi di situs pribadi, riwayat pencarian, belanja online, foto, video, komentar, konten artikel, dan apa pun yang pernah diunggah ke internet dengan nama kita di dalamnya, itulah jejak digital.

Gambaran singkatnya lagi, jejak digital mencerminkan siapa dirimu. Di era media sosial seperti sekarang, betapa mudahnya untuk menelusuri profil seseorang yang ingin kita ketahui, bahkan meski kita baru mendengar namanya sekali.

TikTok Laporkan Sudah Take Down 10,8 Juta Hoaks terkait Pemilu 2024, Menurut Menkominfo

Coba tanyakan pada kawan yang berprofesi sebagai rekruiter atau populer dengan istilah Human Resources (HR), bagaimana mereka melibatkan Google untuk mencari tahu lebih dalam profil seorang kandidat.

Masih ingat cerita seorang gadis yang gagal masuk NASA karena berkomentar kasar di Twitter? Naomi namanya, pemilik akun Twitter @NaomiH_official, sudah diterima magang di Badan Antariksa milik Amerika Serikat.

Karena bangga akan bergabung dengan NASA, Naomi pamer di media sosial dengan kata-kata yang tak patut. Apesnya, cuitan Naomi kepergok salah satu veteran petinggi NASA, Homer Hickam.

Singkat cerita, NASA menarik kesempatan magang, setelah banyak warganet yang menangkap layar kata-kata kasarnya, dan menyebarkan di media sosial dengan tagar NASA.

Kisah ini salah satu contoh mengapa penting memperhatikan jejak digital kita, selain juga senantiasa mengedepankan attitude, budi bahasa di dunia maya.

Di sisi lain, jejak digital tak hanya tentang diri kita sebagai objek. Ada kalanya, itu juga membantu menunjukkan informasi yang perlu kita tahu.

Seperti kisah Kirana (bukan nama sebenarnya). Karena didorong oleh rasa penasaran tentang sosok yang ia kenal dari situs kencan online, Kirana bermaksud menelusuri jejak digital orang tersebut. Sebut saja namanya Heru.

"Karena aku orangnya cukup digital savvy, jadi aku mencari nama dia," ujar Kirana saat bercerita pada VIVA Digital, 18 Desember 2018.

"Jika sudah tahu alamat email-nya dan email itu yang ia gunakan untuk mendaftar media sosial, seharusnya mudah untuk melacak jejaknya. Tapi ternyata aku tak menemukan apa pun. Jadi dari situ aku mulai curiga," katanya menambahkan.

Selanjutnya, berbekal ketelatenan mengutak-atik alamat email dan nama yang digunakan Heru saat memperkenalkan diri, akhirnya Kirana menemukan akun media sosial Heru. Kenyataan yang ia dapat ternyata berbanding terbalik dengan yang selama ini Heru ceritakan, di mana ia mengaku sebagai pria lajang.

Di akun Facebook, terlihat foto pria tersebut dengan seorang wanita dan anak kecil, yang akhirnya diketahui sebagai istri dan anak Heru. Tak hanya itu, Kirana bahkan mendapat informasi tentang alamat rumah orangtua Heru, nomor telepon istrinya, alamat kantor, karena semua data itu dipajang di akun Instagram dan Facebook, tanpa privasi.

Meski sempat marah karena merasa dibohongi Heru, Kirana mengaku tak menaruh dendam. "Misalnya, jika aku berniat jahat, aku bisa menghubungi istri Heru dan menceritakan kenakalan suaminya," kata Kirana.

"Tapi aku ambil pelajaran, bahwa jejak digital bisa menghadapkan kita pada situasi yang tak terduga. Karena media sosial pula, kita bisa membaca profil seseorang, semudah dan sejelas seperti membaca majalah," kata Kirana. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya