Biar Gampang Viral, Pembuat Hoax Mainkan Emosi Korban

Hoax makanan mudah terbakar mengandung plastik
Sumber :
  • Dokumen Kominfo

VIVA – Di balik mudahnya kabar palsu alias hoax menyebar luas, ada emosi korban yang dimainkan. Hal itu dikatakan pengamat media sosial, Enda Nasution.

Cek Fakta: Timnas Indonesia Dicoret AFC Gegara Suap Wasit

"Orang akan ikut menyebarkan ketika terpancing emosinya. Jadi secara khusus yang ditarget oleh penyebar hoax adalah reaksi emosional dari orang yang menerima informasinya," kata Enda pada VIVA, Jumat, 4 Januari 2019.

Dia menjelaskan, kemungkinan tipe emosi yang ditarget adalah rasa marah, takut, hingga gemas, yang kemudian memicu tertarget untuk kemudian menyebarkannya lagi ke pihak lain.

Sempat Ungkap Kliniknya Kemalingan Ternyata Hoax, dr. Richard Lee Dilaporkan ke Polisi

Ketika penyebaran itu terjadi secara beruntun dan semakin meluas di kalangan masyarakat, inilah yang disebut dengan viral.

Sebenarnya, meski hoax telah menyebar, tidak akan memberi efek apa pun, jika skalanya kecil.

Terpopuler: Hoax soal Guinea dan Doping Uzbekistan

Maka itu, Enda menegaskan, perlunya hoax tersebut dipangkas penyebarannya sebelum sempat booming alias viral. Misalnya dengan cara segera diberi klarifikasi.

"Kayak kemarin hoax 7 kontainer (surat suara) menyebar agak serentak, tuh. Lalu ternyata dibantah langsung kurang dari 24 jam, si penyebar akun langsung ada ancaman hukuman," ujarnya.

Enda melanjutkan, setelah ada bantahan mengenai informasi 7 kontainer surat suara tercoblos, penyebaran kabar tersebut langsung berhenti. Orang-orang tidak bisa lagi menyebarkan karena sudah ada buktinya.

Namun jika informasi bersifat umum, misalnya harga produk mahal, itu agak sulit untuk dibantah secara cepat. Ini karena bantahan juga harus berdasarkan data yang lebih banyak.

"Jadinya enggak gampang membantah sekilas gitu saja," ujarnya. (ann)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya