Pariwisata Bagaikan Simalakama, Ekonomi Bertambah Ekosistem Berkurang

Wisatawan menikmati spot snorkeling (selam dangkal) di perairan Pulau Cubadak, Kawasan Mandeh, Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Kamis, 31 Januari 2019.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra

VIVA – Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI, Intan Suci Nurhati, mengatakan manusia memiliki peran penting untuk menjaga keutuhan makhluk hidup yang ada di sekitarnya. Salah satu makhluk hidup yang seharusnya dijaga namun kerap terlupakan adalah terumbu kerang.

DPR Tolak Iuran Pariwisata Dibebankan ke Industri Penerbangan, Tiket Pesawat Bisa Makin Mahal

"Pulau Seribu di Jakarta merupakan salah satu kawasan wisata yang unik. Sebuah kepulauan yang dulu tingkat penghuninya (biofisik) tinggi. Tapi sekarang setengahnya sudah hilang karena ada tekanan pencemaran (antropogenik), dan terkena fenomena perubahan iklim serta polusi," katanya di Jakarta, Jumat, 8 Maret 2019.

Namun, Intan mengaku tidak bisa mengklaim wilayah Indonesia mana yang terumbu karangnya mengalami kerusakan parah. Hal ini tergantung pada manusia yang hidup di sana, apakah mereka peduli terhadap makhluk yang hidup berdampingan.

Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan Melalui Ekonomi Sirkular

Tidak hanya penduduk yang tinggal di pinggir pantai, tetapi mereka yang hidup di darat pun memiliki pengaruh terhadap laut. Intan menyayangkan mentalitas masyarakat yang menganggap bahwa laut adalah tempat pembuangan.

Pola pikir itu yang harus diubah, sehingga untuk menjaga kelestarian alam tidak harus dijaga oleh masyarakat yang tinggal di sekitar. Intan lalu memberi contoh kasus yang menyebut tidak semua bisnis di sekitar laut sifatnya merusak.

Kejuaraan Golf Internasional, Pj Gubernur Sumut Optimis Jadi Ajang Pembinaan Atlet

Contohnya, tentang kehadiran perusahaan kerang mutiara yang menjaga kawasan agar laut di sekitar tidak terkontaminasi dengan kandungan sianida. Secara tidak sengaja, menurut Intan, perusahaan ini justru menjaga meskipun skalanya masih kecil dan tujuannya untuk bisnis.

"Keuntungan nyata tidak hanya berhenti di ekologi. Mereka juga menyerap begitu banyak tenaga kerja. Mulai dari yang tidak punya keahlian sampai memiliki keahlian khusus. Intinya ekologi dan ekonomi harus saling berjabat tangan," katanya.

Sementara untuk terumbu karang yang sifatnya masih bagus ada di Bali dan Lombok, Nusa Tenggara Barat. Di mana di kedua wilayah itu banyak lokasi wisata yang sifatnya eksklusif seperti resor. "Artinya, sedikit wisatawan yang datang tapi mereka sadar apa yang harus dijaga," jelasnya. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya